Selasa 11 Jan 2022 13:38 WIB

Kontribusi Industri Hilir Minyak Goreng Bagi Ekonomi Nasional

Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Seorang pengunjung berjalan di samping rak minyak goreng kemasan di Supermarket GS, Mal Boxies123, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/12/2021). Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi mengusulkan penggunaan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) untuk menyubsidi harga minyak goreng yang terus mengalami kenaikan.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Seorang pengunjung berjalan di samping rak minyak goreng kemasan di Supermarket GS, Mal Boxies123, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/12/2021). Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi mengusulkan penggunaan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) untuk menyubsidi harga minyak goreng yang terus mengalami kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika menyatakan, selama ini industri hilir minyak sawit turunan Crude Palm Oil (CPO) telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Industri kelapa sawit menurutnya, sudah menunjukkan progress hilirisasi sangat baik. 

"Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit. Sementara pada 2011 baru terdapat 54 jenis,” ujar dia dalam keterangan resmi, Selasa (11/1/2022).

Baca Juga

Secara total, ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 33,1 juta ton per tahun, dari total produksi sebesar 53 juta ton per tahun. Pada 2021, rasio volume ekspor antara bahan baku CPO dengan produk hilirnya mencapai 9,27 persen berbanding 90,73 persen, sedangkan selama periode 2016 sampai 2020, rata-rata rasio ekspor bahan baku dengan produk hilir berada di sekitar 20 persen berbanding 80 persen.

Putu juga meminta kepada pelaku industri Minyak Goreng Sawit (MGS) agar semakin meningkatkan kualitas, inovasi dan daya saingnya melalui kegiatan Research and Development. Hal itu karena, pemerintah sudah menyiapkan fasilitas insentif fiskal berupa super tax deduction, dengan diberikan pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 300 persen bagi yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia guna terus memperbanyak produk hilir kelapa sawit.

Guna melihat kesiapan sektor industri minyak goreng dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, Dirjen Industri Agro telah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah produsen. Di antaranya PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) di Jakarta, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) di Bekasi, dan PT Multimas Nabati Asahan di Serang, Banten.

Manager Quality Assurance (QA) & Quality Control (QC) PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) Christian Suripto menyampaikan, perusahaannya siap mendukung program pemerintah dalam menyediakan produk MGS dengan harga terjangkau demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan yaitu menyederhanakan alur distribusi MGS dari pabrik, gudang, distributor dan pengecer, sehingga biaya pengiriman barang dapat ditekan, yang ujungnya adalah masyarakat mendapatkan harga beli MGS secara terjangkau.

“Untuk ke pasar modern seperti minimarket, saat ini kami direct untuk pasokannya. Tujuan kami memperpendek alur distribusi sekaligus pemerataan pasokan. Jadi, harganya bisa setara semua. Kami juga memerhatikan kebutuhan untuk pasar tradisional dengan harga yang terjangkau. Bahkan, kami ikut memanfaatkan perkembangan e-commerce,” tuturnya.

Hingga Desember 2021, SIMP telah melakukan pendistribusian minyak goreng kemasan sederhana dalam program stabilisasi harga MGS sebanyak 775 ribu liter. Angka itu telah memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah.

General Manager PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) Unit Marunda Agus Widjaja pun mengemukakan, perusahaan berkomitmen terus mendukung program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat. “Kami akan berpartisipasi dengan produk yang telah memenuhi ketentuan SNI, dan kami juga telah menyiapkan hal-hal terkait pelaksanaan program pemerintah tersebut, dengan distribusi MGS merek MASKU sebanyak 5 juta liter per bulan,” ujar dia.

PT SMART optimistis operasional produksi pabrik MGS, yang berada di di Bekasi dan Surabaya, dapat memenuhi target pencapaian program MGS harga terjangkau. “Sampai saat ini, meskipun di tengah pandemi, produktivitas pabrik MGS kami tetap terjaga, pasokan bahan baku berupa CPO juga masih lancar dan kami juga tetap menjalankan protokol kesehatan di pabrik MGS sesuai Surat Edaran Menteri Perindustrian mengenai Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI),” ujar Agus. 

Sampai Desember 2021, PT SMART telah turut serta dalam program stabilisasi harga dengan melakukan pendistribusian minyak goreng kemasan sederhana sebanyak 600 ribu liter. Sementara, Head Business Kawasan Industri Terpadu Wilmar, Serang, Tenang Sembiring juga menyatakan hal serupa. Wilmar Group berkomitmen mendukung program MGS harga terjangkau melalui penyediaan produk sesuai target alokasi yang ditetapkan pemerintah.

“Kami akan menyalurkan sebanyak 10 juta liter per bulan untuk mendukung program MGS harga terjangkau ke seluruh wilayah Indonesia. Kami juga akan bekerjasama dengan sejumlah distributor di daerah-daerah untuk memastikan produk MGS kami tersedia di area pemasaran dan Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah,” jelas dia.

Sampai Desember 2021, Wilmar Group telah menyalurkan lebih dari 1,1 juta liter MGS kemasan sederhana untuk program stabilisasi harga MGS. Angka tersebut telah melampaui target yang ditetapkan pemerintah yaitu 1 juta liter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement