REJABAR.CO.ID, MAJALENGKA — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah wilayah di Ciayumajakuning (Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) masuk status awas kekeringan meteorologis. Status tersebut berkaitan dengan lama hari tanpa hujan, yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, berdasarkan pantauan kekeringan meteorologis per 30 September 2023, deret hari tanpa hujan (HTH) sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon menjadi yang terpanjang di wilayah Ciayumajakuning. “Kabupaten Cirebon mengalami HTH selama 102 hari,” ujar pria yang akrab disapa Faiz itu kepada Republika, Kamis (5/10/2023).
Kemudian Kabupaten Majalengka, dengan HTH 96 hari. Sementara Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Kuningan masing-masing mengalami HTH 85 hari.
Dilihat dari kecamatannya, HTH selama 102 hari di Kabupaten Cirebon terjadi di Kecamatan Ciledug, Depok, Gegesik, Gempol, Greged, Gunungjati, Kaliwedi, Kapetakan, Karangsembung, Karangwareng, Klangenan, Pabedilan, Pasaleman, Plered, Sedong, Sumber, Susukan, dan Waled.
Untuk Kabupaten Majalengka, HTH selama 96 hari terjadi di Kecamatan Banjaran, Bantarujeg, Cigasong, Cikijing, Cingambul, Jatitujuh, Jatiwangi, Kertajati, Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Malausma, Rajagaluh, Sindang, Sukahaji, dan Talaga.
Adapun di Kabupaten Indramayu, HTH selama 85 hari terjadi di 24 kecamatan dari total 31 kecamatan. Di Kabupaten Kuningan, HTH selama 85 hari terjadi di 16 kecamatan dari total 32 kecamatan. Sementara di Kota Cirebon, status awas kekeringan meteorologis di Kecamatan Harjamukti.
“Dengan berstatus awas, maka wilayah Ciayumajakuning harus waspada terhadap kekeringan pertanian, kelangkaan air, serta kebakaran lahan dan hutan,” kata Faiz.
Terkait dengan suhu udara, Faiz mengatakan, dalam satu pekan terakhir di wilayah Cirebon bisa mencapai maksimum 38 derajat Celsius. Di mana suhu udara teras panas dan menyengat pada siang hari. Hal itu diakibatkan minimnya tutupan awan saat siang hari.
Selain itu, menurut Faiz, pergerakan semu matahari pada akhir September sampai dengan pertengahan Oktober posisinya tepat di atas Indonesia, terutama di atas wilayah Pulau Jawa. “Didukung juga oleh faktor lokal, serta lingkungan sekitar, sehingga suhu udara lebih panas dan suhu maksimum dalam sepekan ini mencapai 38 Celsius,” kata Faiz.