REJABAR.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Provinsi Jawa Barat (Jabar) sudah melakukan pengecekan lahan di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang akan dijadikan lokasi untuk merelokasi korban banjir.
Tanah Kas Desa (TKD) seluas 1,3 hektare itu akan dijadikan lokasi hunian pengganti bagi warga korban banjir di RW 03, 13 dan 14 Desa Nyalindung. Berdasarkan data Pemdes Nyalindung, ada 25 rumah yang terdampak banjir bandang pada 15 Maret 2025. Hasil verifikasi, dari 37 kepala keluarga (KK), 27 KK yang menyatakan kesiapannya untuk direlokasi.
"Sudah lihat ke lokasi, tapi kan harus diukur dulu. Kami sedang meminta kepada ITB untuk melaksanakan (kajian), menyusun rencana dulu," ujar Kepala Bidang Perumahan pada Disperkim Provinsi Jawa Barat Achmad Haidar saat dikonfirmasi, Rabu (21/5).
Achmad Haidar berharap, proses pembangunan hunian untuk korban banjir bisa dimulai Juli mendatang setelah penyusunan perencanaan dan kajian rampung dilakukan pihak ITB. "Jadi kan itu relokasi posisi masih asli, jadi harus diukur dulu tidak bisa langsung dibangunkan. Akan dihitung berapa kebutuhan biayanya baru setelah itu akan dieksekusi. Harapannya Juli sudah mulai," kata Achmad.
Namun untuk konsepnya, kata Achmad, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi sudah mengintruksikan agar mengadopsi rumah adat di Kampung Naga, Tasikmalaya. Namun tentunya akan disesuaikan dengan kondisi warga Desa Nyalindung yang menjadi korban terdampak banjir.
"Memang arahan Pa Gubernur mengambil contoh rumah adat di Kampung Naga. Paling nanti ada sedikit penyesuaian dengan teknologi yang sekarang dan masyarakatnya. Kan bukan masyarakat (kampung) adat, jadi akan disesuaikan," kata dia.
Sebelumnya, warga yang tinggal di bantaran Sungai Cimeta, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, KBB, Jawa Barat merasa cemas wilayahnya kembali diterjang banjir bandang di musim penghujan ini. Mereka berharap segera direlokasi seperti yang dijanjikan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
"Katanya abis lebaran mau relokasi tapi belum, waktu itu Pa Dedi sempet ke sini. Harapannya segera pindah aja, ibu setuju," ujar Dede Sumiati (61), salah seorang warga.
Ia dan anaknya mengaku resah dan takut air Sungai Cimeta kembali meluap dan menerjang rumahnya yang lokasinya hanya sekitar 5 meter lebih jaraknya dari sungai. Apalagi belakangan ini hujan deras kerap mengguyur wilayahnya yang menbuat Dede tak bisa tidur nyenyak.
"Ibu tinggal berdua sama anak. Kalau hujan apalagi pas malam-malam harus siap-siap, baju dimasukin keresek, peraboran diberesin. Soalnya ini kalau ujan airnya pasti naik, khawatir masuk lagi ke dalam rumah, jadinya tidur gak nyeyak," katanya.