REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar melakukan surveilans pada 30 anak di Purwakarta. Hasilnya, 7 anak dinyatakan positif polio.
Namun, menurut Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati, ketujuh anak tersebut walaupun positif, tapi tak ditemukan ada gejala. "Ketujuh anak meskipun positif tapi tak ada gejala apa pun. Tapi ya...antisipasi agar tak meluas kami melakukan imunisasi," ujar Dewi kepada Republika, Selasa (4/4/2023).
Dewi mengatakan, kasus Polio di Purwakarta ini ditemukan karena gencarnya upaya penemuan. Hal itu terjadi, karena pada 2022 Purwakarta tidak mencapai target pengiriman sampel AFP atau accute flaccid paralysis.
"Di luar Purwakarta, kami terus menginventarisir sasarannya itu kalau Jabar cukup angkanya 3,9 juta. Kalau Aceh kan hanya 1,2 juta anak makanya untuk memenuhi angka 2 juta Aceh harus memenuhi dari provinsi sebelahnya," katanya.
Untuk daerah lain, kata dia, pihaknya belum menerima laporan ada kasus di luar Purwakarta. Tapi, pihaknya tetap melakukan surveilans AFP. Jadi, anak-anak yang di bawah usia 12 tahun dengan gejala lumpuh layu dalam kurun waktu 2 minggu tanpa ada riwayat jatuh kecelakaan atau apa itu tetap diambil sampelnya.
"Ini surveilans tetap dilakukan di 27 kabupaten kota. Kan standar selalu emang kita setiap tahun melakukan AFP," katanya.
Pada 2022, kata dia, surveilans itu hanya 19 kabupaten kota yang angkanya memenuhi target. Sedangkan Purwakarta, termasuk yang tidak memenuhi target survrlainsenya.
"Makanya di tahun ini mereka gencar melakukan surveilans dan ditemukan satu positif. Lalu 7 anak," katanya.
Sebelumnya, menurut Ketua Tim Penggerak Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil, berdasarkan status polio di Purwakarta, Pemprov Jabar melakukan surveilans. Hasilnya, terdeteksi 30 anak dan 7 anak di antaranya positif polio.
"Awalnya ditemukan KLB satu anak cacat polio kemudian dilakukan surveilans dan ternyata ditemukan dari 30 anak itu 7 anak di antaranya positif polio," ujar Atalia.
Atalia berharap, masyarakat segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat karena polio hanya bisa dihindari dengan imunisasi.
"Metode oral tetes ini manis sehingga anak tidak takut, nyaman, rasanya pun enak. Mudah-mudahan bisa diikuti oleh semua anak karena polio hanya bisa kita hindari dengan imunisasi," katanya.
Di tempat yang sama, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengaku, sempat kaget kasus polio pertama ditemukan di wilayahnya. Padahal, cakupan imunisasi setiap tahunnya selalu melebihi angka 80 persen.
"Kita juga kaget kasus pertamanya ditemukan di wilayah kami. Padahal cakupan imunisasi kami sangat luas, ternyata tetap saja ada yang terlewat di Manis, maka kita cegah dengan imunisasi lengkap," katanya.