REJABAR.CO.ID, GARUT -- Perusahaan asuransi akhirnya melakukan evakuasi terhadap kapal tanker Edricko 3 yang terdampar di perairan wilayah perairan Sancang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Proses evakuasi itu dilakukan dengan cara pembongkaran.
Kepala Satuan Polisi Air dan Udara (Kasatpolairud) Polres Garut AKP Anang Sonjaya mengatakan, proses pembongkaran itu dilakukan sejak sekitar tiga hari lalu. Pihak yang melakukan pembongkaran adalah perusahaan asuransi, yang menggunakan pihak ketiga.
"Pekerja yang melakukan pembongkaran ada dari perusahaan terkait dengan memberdayakan masyarakat sekitar," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Rabu (7/6/2023).
Menurut dia, proses pembongkaran itu melibatkan sekitar 50 orang, yang bekerja secara bergantian. Sejauh ini, proses pembongkaran dinilai berjalan kondusif.
Menurut Anang, proses pembongkaran diperkirakan akan memakan waktu tiga bulan. Pasalnya, kapal yang terdampar itu cukup besar. Panjang kapal diperkirakan mencapai 80 meter.
Ia menambahkan, proses pembongkaran juga hanya dilakukan ketika kondisi gelombang surut. "Kalau pasang tinggi, pekerjaan tidak dilaksanakan. Kami juga bersama aparat dari TNI ikut melakukan pengawasan, agar tidak ada kejadian tak diinginkan saat pembongkaran," kata dia.
Anang mengatakan, kapal yang terdampar itu memang harus dievakuasi. Pasalnya, kapal terdampar akan mengganggu apabila dibiarkan. Namun, pembongkaran baru bisa dilakukan saat ini lantaran izin dari instansi terkait baru keluar. Mengingat, posisi kapal terdampar itu berada di wilayah cagar alam.
"Kapal itu terdampar sudah sekitar satu tahun, sejak Maret 2022. Hanya saja baru dilakukan pembongkaran, karena baru keluar izinnya," kata dia.
Berdasarkan catatan Republika, kapal tanker pengangkut aspal dilaporkan terdampar di perairan Kabupaten Garut, tepatnya wilayah Sancang, Kecamatan Cibalong, Selasa (8/3/2022) malam. Para anak buah kapal (ABK) sempat bertahan di kapal dengan nama Edricko 3 itu.
Berdasarkan laporan Kantor SAR Bandung, pada Selasa malam, kapal tanker itu terlihat dari darat berlayar terlalu dekat dengan garis pantai. Sekitar pukul 22.00 WIB, kapal mengirimkan sinyal darurat (emergency).
Diketahui, kapal tanker itu dari Perusahaan Makasar Sibolga, Sumatera Utara. Kapal itu berangkat dari Sibolga, Sumatra Utara menuju ke Cilacap, Jawa Tengah, untuk mengambil aspal. Total ABK di kapal itu berjumlah 15 orang.
Diduga, penyebab terdamparnya kapal itu karena kapten salah memilih jalur pelayaran. Akibatnya, kapal tersangkut karang di perairan Sancang.