REJABAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Andriadi Achmad, mengatakan peluang koalisi baru antara Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masih terbuka, tetapi sulit terwujud.
"Gagasan pembentukan koalisi baru antara PPP, Demokrat dan PKS meskipun sulit terwujud, namun cukup menarik," ujar Andriadi dalam keterangannya, Senin (4/9/2023).
Andriadi mengatakan, sulitnya koalisi poros keempat karena faktor kedekatan PKS dan Anies Baswedan sulit untuk dipisahkan. Sehingga, kecil kemungkinan PKS meninggalkan koalisi yang mendukung Anies Baswedan.
Namun, hanya jika ada kepentingan lebih besar koalisi ini dapat terwujud. Salah satunya, peran Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memiliki pengalaman dalam menggalang dukungan koalisi pada Pilpres 2004 dan 2009 lalu.
"Keseriusan ide PPP yang disampaikan Sandiaga Uno dengan gerakan lobi dan tawaran menarik ke Demokrat dan SBY serta PKS koalisi baru ini bisa terwujud," ujarnya.
Andriadi melanjutkan, bagaimanapun PKS juga turut tidak dilibatkan dalam pembentukan koalisi Partai Nasdem dan PKB untuk deklarasi Anies-Cak Imin.
"Bagaimanapun PKS merasa tidak dianggap oleh Nasdem ketika deklarasi A-Min. Kalau Demokrat jelas marah dan akhirnya keluar dari KPP," ujarnya.
Menurut Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) ini, jika koalisi ini sampai terbentuk maka calon yang berpotensi adalah kombinasi Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Faktor muda AHY berusia 45 tahun dan simbol oposisi "Gagasan Perubahan" bisa menjadi magnet penarik generasi milenial dan generasi Z untuk memilih pasangan AHY - Sandiaga Uno," ujarnya.