REJABAR.CO.ID, MAJALENGKA — Sejumlah warga memilih langsung membeli beras ke pabrik penggilingan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Hal itu untuk menyiasati mahalnya harga beras di pasaran.
Seperti dilakukan warga yang juga pemilik warung nasi di Jalan Gerakan Koperasi, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Nenden (28 tahun). Ia mengaku tidak lagi membeli beras di pasar sejak dua pekan lalu dan memilih langsung ke penggilingan.
Pasalnya, harga beras di pabrik penggilingan lebih murah. Nenden mengatakan, harga beras di pasaran kini sekitar Rp 14 ribu per kilogram. Sedangkan di pabrik penggilingan masih sekitar Rp 12.500 per kilogram. “Lumayan ada selisihnya,” ujar Nenden, Sabtu (23/9/2023).
Nenden mengaku sengaja membeli beras langsung dari penggilingan agar tidak perlu menaikkan harga jual nasi di warungnya. Sebab, jika menaikkan harga jual nasi, dikhawatirkan konsumennya berkurang.
Pemilik pabrik penggilingan beras Sri Rahayu di Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Dede Koswara (48), mengaku ada peningkatan pembelian beras oleh konsumen secara langsung. “Pembeli yang datang langsung ke penggilingan meningkat 20 persen-25 persen. Kebanyakan dari Majalengka, tapi ada juga yang dari luar daerah,” kata Dede.
Sementara salah satu pedagang beras di Pasar Sindangkasih, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Opik Surahman, mengakui ada sejumlah pelanggannya yang memilih membeli beras langsung ke pabrik penggilingan. “Ya cuma bisa pasrah, mau bagaimana lagi,” ujar dia.
Menurut Opik, saat ini beras sebanyak lima kuintal bisa habis terjual dalam waktu tujuh hari sampai sepuluh hari. Padahal, sebelum harganya naik, dalam waktu sepekan bisa terjual dua ton sampah tiga ton.
Opik mengatakan, kenaikan harga beras ini dipengaruhi produksi padi yang terdampak fenomena iklim El Nino. Menurut dia, harganya sudah naik di tingkat pemasok. “Pasokan beras dari pabrik penggilingan juga menurun,” katanya.
Dalam kondisi normal, menurut Opik, kiosnya biasa mendapat pasokan tiga ton sampai lima ton beras per pekan dari tiga pabrik. Belakangan ini disebut hanya sekitar 500 kuintal dari tiga pabrik.