REJABAR.CO.ID, BANDUNG----Para elite dan pemerintah harus terus bersatu setelah usainya Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Karena, menurut Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani persatuan menjadi syarat mutlak agar negara ini kokoh.
"Untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini memang tidak gampang. Untuk bersatu, duduk bareng itu harus ada perasaaan, Harga diri, dan ego yang harus dikorbankan," ujar Muzani dalam acara Seminar Kebangkitan Nasional "Peran dan Posisi Umat Islam Dalam Program Transformasi Bangsa Indonesia Presiden Terpilih Prabowo Subianto"yang diselenggarakan Pusat Data dan Dinamika Ummat (Dinamiku) Darul Hikam di Hotel Asrilia Jalan Pelajar Pejuang Kota Bandung, Selasa (21/5/2024).
Walaupun, kata dia, tantangan ke depan justru semakin berat bukannya semakin ringan. Semua pihak, harus bisa menerima cemooh, makian, kesalahpahaman dari orang. "Karena itu, kita harus bersatu. Persatuan jadi syarat mutlak. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Misalnya di barat, tiba-tiba ada perang antara Rusia dan Ukraina, yang sebelumnya tidak pernah kita disangka-sangka. Atau tiba-tiba Palestina dibombardir Israel," paparnya.
Pada dasarnya, kata Muzani, hingga saat ini semua negara memiliki ambisi untuk menguasai satu sama lain. Oleh sebab itu, semua elemen bangsa harus paham dan sadar, jika negara kuat dan bersatu maka akan dihormati oleh negara lain.
"Makanya kita harus bersatu agar kita menjadi kuat. Kuat semuanya, ekonominya hingga politiknya," kata Muzani.
Ia menambahkan, tantangan bangsa saat ini adalah pragmatisme. Paham yang saat ini melanda anak-anak Indonesia. Mereka mayoritas ingin mendapatkan yang instan tanpa melihat proses atau perjuangan.
"Anak-anak yang pragmatis mereka ingin cepat-cepat menikmati hasil, prosesnya enggak bertele-tele. Dorongan untuk cepat ingin mendapatkan hasil bisa mempercepat pembangunan. Tapi di sisi lain bisa membahayakan," katanya.
Sebab, kata dia, proses yang cepat tanpa proses alami. Banyak orang yang cepat kaya dan terkenal tanpa mau berproses. "Orang seperti ini ada, dan banyak. Makanya tantangan ke depan bangsa ini adalah soal pragmatisme," katanya.
Hal senada diungkapkan oleh anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Gerinda Sodik Mudjahid. Menurutnya bangsa Indonesia memiliki sejarah bangsa yang dinamis dengan ciri utama yaitu perjuangan berat, persatuan dan semangat berkorban yang tinggi.
"Perjalanan bangsa masih sangat amat panjang dengan persaingan dan tantangan yang semakin berat tapi juga peluang yang terbuka," katanya.
Tiga tantangan terbesar, menurut Sodik, yang juga Ketua Yayasan Darul Hikam itu adalah fragmatisme yang menghilangkan idealisme dan semangat juang seperti para pendahulu bangsa. "Tiga syarat utama dan pertama hadapi tantangan menjadi bangsa maju adalah persatuan terutama di kalangan elite," katanya.
Umat islam sendiri, kata Sodik, harus ikut aktif untuk membangun bangsa sebagai wujud pelaksanaan runtutan agama yakni berkprah bagi bangsa. Serta, untuk menjaga dan meningkatkan eksistensinya di Indonesia.
"Dalam ajaran Islam peran pemimpin dan pemerintahan ada tiga, yakni menjaga pelaksanaan ibadah, menghilangkan kelaparan dan kemiskinan, memberi rasa aman fisik dan psikis dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa," katanya.
Dalam tiga bidang itulah, kata dia, umat Islam harus berkiprah di Indonesia. Kegiatan seminar sendiri, merupakan upaya untuk menjembatani silaturahmi dan komunikasi antara Presiden Terpilih Prabowo Subianto dengan umat Islam yang sempat terpolarisasi saat Pilpres.
"Selain itu umat Islam perlu membuka dialog dengan presiden terpilih agar bisa terlibat aktif dalam program transformasi bangsa. Dengan demikian umat Islam tidak akan ketinggalan dan ditinggalkan," katanya.