Jumat 26 Jul 2024 22:07 WIB

Ratusan Anak di Lapas Anak Bandung Diberi Edukasi tentang Disleksia

Banyak anak-anak yang mengalami disleksia akan tetapi tidak terdiagnosa

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Disleksia adalah gangguan pada kemampuan membaca, menulis maupun mengeja (Foto: ilustrasi disleksia)
Foto: Wikimedia
Disleksia adalah gangguan pada kemampuan membaca, menulis maupun mengeja (Foto: ilustrasi disleksia)

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG-- Ratusan anak terjerat kasus hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung mendapatkan edukasi tentang disleksia atau mengenai kesulitan belajar spesifik. Mereka diharapkan terbantu dalam segi belajar dan mengetahui potensi masing-masing.

Chairperson Yayasan Lentera Insan Kreatif atau Link Foundation Laurentia Mira mengatakan, program edukasi kepada ratusan anak terjerat hukum di LPKA Bandung bagian dari meningkatkan awareness atau kepedulian terhadap anak yang kesulitan belajar. Para guru yang mengajar di LPKA diharapkan dapat mengetahui tentang ciri disleksia.

Baca Juga

"Program ini itu lebih pada sebetulnya untuk meningkatkan awareness, disleksia itu ciri-cirinya seperti apa," ujar Laurentia, belum lama ini.

Ia menuturkan banyak anak-anak yang mengalami disleksia akan tetapi tidak terdiagnosa. Mereka masuk ke sekolah umum lantas dicap dengan stigma yang tidak tepat seperti nakal, bodoh maupun pembuat ulah. "Mereka pada akhirnya diasingkan karena terlihat bodoh, padahal mereka sebenarnya hanya butuh bantuan," katanya.

Mira mengatakan bersama lembaga Disleksia Network terus menerus menyosialisasikan terkait disleksia pada anak-anak. Ia berharap masyarakat lebih peduli memperhatikan anak-anak yang mengalami disleksia. "Semoga masyarakat Indonesia jadi lebih punya awareness tentang apa itu disleksia; melihat anak-anak disleksia ini sebagai anak-anak yang memiliki potensi," kata Mira.

Terkait edukasi di LPKA, ia menyebut penelitian di Amerika menunjukkan 50 persen penghuni lapas anak mengalami disleksia. Oleh karena itu pihaknya ingin mengetahui kondisi anak di Lapas seperti apa.

"Ternyata memang kalau kita ngobrol sama kepala lapasnya di sini ada banyak sekali anak-anak yang memang kesulitan belajar, umur 19 tahun ga bisa baca walaupun sudah diajarin," kata dia.

Menurutnya, dengan mereka tidak bisa menguasai keterampilan dasar, membaca dan  matematika dasar, maka akan membuat mereka mudah berbuat kriminal. "Jadi anak-anak ini cerdas tapi perlu treatment khusus yang pada akhirnya dia bisa membaca, untuk dia bisa menguasai matematika, mereka perlu treatment khusus," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement