REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung (LPPM Unisba) kembali menggelar kegiatan internasional bergengsi tahunan Bandung Annual International Conference (BAIC). Tahun ini, tema yang diusung adalah ‘Comprehensive Approach for the Halal Ecosystem. Connecting Communities and Buildings Futures’.
Kegiatan 7th BAIC 2024 yang merupakan rangkaian kegiatan milad ke 66 Unisba ini, menghadirkan tiga orang keynote speaker yaitu Prof Dr Atie Rachmiatie MSi (Dekan Fikom Unisba), Md Nazim Uddin PhD (Ankara University of Turkiye), dan Prof Robert De Souza (National University of Singapore).
Menurut Ketua LPPM Unisba Prof Dr Neni Sri Imaniyati SH MHum, tema tersebut dipilih mengingat semakin cepatnya perkembangan lifestyle halal yang memerlukan produk-produk halal yang tidak hanya untuk produk makanan dan obat obatan saja. Tetapi juga untuk kosmestik, turisme, dan keuangan syariah.
Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, konferensi ini terbagi dalam dua kegiatan utama. Yaitu, Simposium Riset Ilmiah dan Teknologi (SiRes) dan Simposium Riset Sosial dan Humaniora (SoRes). Tema SiRes tahun ini adalah “Peran industri logistik dalam mendukung ekosistem halal”, sedangkan SoRes adalah “Penerapan ESG (Environment, Social, and Governance) dalam ekosistem industri halal”.
“Jumlah presenter pada tahun ini sebanyak 40 untuk Sires dan 135 untuk Sores dengan total jumlah peserta sebanyak 171 orang dari Unisba dan delapan universitas di Indonesia,” ujar Prof Neni, Kamis (5/9/2024).
Prof Neni mengatakan, kegiatan ini juga terselenggara dengan adanya kolaborsi bersama Universitas Surabaya dan University Teknologi Mara Malaysia. “Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua universitas tersebut dan berharap dapat bekerja sama lebih luas dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di masa mendatang,” katanya.
Sementara menurut Rektor Unisba Prof Dr H Edi Setiadi SH MH konsep halal lebih dari sekadar persyaratan makanan. Namun, merupakan cara hidup yang mewujudkan integritas, etika, dan inklusivitas, seiring pasar halal global terus berkembang yang meliputi makanan, keuangan, mode, farmasi, dan lainnya. “Pentingnya membangun ekosistem halal yang kuat dan inklusif tidak pernah lebih penting dari sebelumnya,” katanya.
Menurut Rektor, ekosistem halal merupakan sistem yang kompleks dalam jaringan bisnis, lembaga, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. “Setidaknya ada lima sektor dalam ekosistem halal, yaitu barang, jasa, infrastruktur, sumber daya manusia, dan dukungan pemerintah. Ekosistem halal Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen halal dunia dan untuk mencapainya diperlukan upaya optimal dalam mengembangkan potensi ini,” paparnya.
Untuk memenuhi potensi pasar halal, kata Rektor, maka diperlukan pengadopsian pendekatan komprehensif yang tidak biasa. “Ini berarti tidak hanya memastikan kepatuhan terhadap standar halal tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip ini ke dalam setiap lapisan pekerjaan, mulai dari pengembangan produk hingga keterlibatan pelanggan,” katanya.
Hal ini juga mengharuskan untuk terus berinovasi sambil tetap setia pada landasan etika yang mendefinisikan masyarakat sebagai halal secara keseluruhan, memastikan bahwa produk dan layanan tidak hanya diperbolehkan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Di dunia tanpa batas saat ini di mana semuanya mudah terhubung, kata Prof Edi, ekosistem halal juga memberikan kesempatan untuk menyatukan masyarakat. “Apakah kita Muslim atau non-Muslim, prinsip-prinsip halal selaras dengan nilai-nilai yang dapat kita bina untuk lebih memahami dan bekerja sama,” katanya.
Permintaan akan produk dan layanan halal saat ini juga sudah tumbuh pesat di seluruh dunia yang menghadirkan peluang bagi para pengusaha, bisnis, dan pemerintah untuk berinvestasi di pasar yang sedang berkembang ini. “Dengan membangun landasan yang kuat saat ini, kita dapat menciptakan masa depan di mana ekosistem halal berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Rektor menyimpulkan bahwa pengembangan ekosistem halal yang komprehensif bukan hanya tentang memenuhi permintaan pasar saat ini saja, tapi tentang meletakkan dasar untuk dunia yang lebih baik. “Dengan bekerja sama, menghubungkan masyarakat, dan berfokus pada masa depan, kita dapat memastikan bahwa ekosistem halal menjadi kekuatan yang kuat untuk perubahan positif,” katanya.