Senin 30 Sep 2024 21:04 WIB

Konser Sheila On 7 Batal, Pegiat EO Ungkap Lebih Mudah Buat Event di Luar Kota Bandung

Penggiat masih menjumpai tantangan kompleks saat akan menggelar acara di Kota Bandung

Red: Arie Lukihardianti
Bandung menjadi kota penutup dalam rangkaian konser Sheila on 7 di lima kota
Foto: Bank BJB
Bandung menjadi kota penutup dalam rangkaian konser Sheila on 7 di lima kota

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Konser band Sheila On 7 yang menghadirkan ribuan penonton sempat direncanakan berlokasi di Kota Bandung pindah ke Kabupaten Bandung. Hal itu menjadi preseden, Kota Bandung karena dinilai tak siap menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara sebesar itu.

Hal tersebut, diungkapkan para penggiat event dan pertunjukan saat berdiskusi dengan calon Wali Kota Bandung Arfi Rafnialdi di Kopi Tera Burangrang, Kota Bandung, Ahad (29/9/2024) malam.

Baca Juga

Menurut Humas Backstagers (gabungan EO yang sudah memiliki Nomor Induk Berusaha) Jawa Barat, Gio Atap, penggiat masih menjumpai tantangan kompleks ketika hendak mengadakan acara di Kota Bandung. Dia menyampaikan pengakuan dari sejumlah penggiat lainnya, bahwa menyelenggarakan acara di luar daerah lebih mudah ketimbang di Kota Bandung.

"Penggiat mengeluhkan hal itu sejak lama. Namun, kami memandang, terus terjadi pembiaran dari pemerintah atas keluhan tersebut. Andai kata Bandung memang sebagai kota kreatif, pemerintah mesti melakukan penajaman, misal dengan memasukkan dukungan konkret (menjadikan Bandung sebagai kota kreatif) dalam visi, misi, maupun implementasinya," ujar Gio sesuai diskusi.

Gio menganalogikan kepala daerah sebagai bapak bagi tiap-tiap warga. Menurut dia, seorang bapak dengan wibawanya mesti mampu mengoordinasikan berbagai pihak maupun aspek dalam mendukung penyelenggaraan event.

Panggung musik, seni pertunjukan, pameran seni rupa, film merupakan bagian sub sektor ekonomi kreatif. Sejauh ini, menurut Gio beserta kolega, kepala daerah di Kota Bandung periode-periode sebelumnya tak memiliki visi tajam atau keseriusan mengurus para pelaku ekonomi kreatif.

"Masih sebatas sampingan, bukan yang utama. Padahal, ekonomi kreatif yang menghidupi Kota Bandung. Pelaku ekonomi kreatif di Kota Bandung tersebar di berbagai wilayah, bahkan sampai ke gang-gang," kata Gio.

Gio menilai, selama bapak bagi warga Kota Bandung tak serius mengurus pelaku ekonomi kreatif, maka pemangku kepentingan bakal bersikap serupa. Pada sisi lain, pihaknya yakin, tiap-tiap pemangku kepentingan akan ikut memerhatikan ekonomi kreatif saat kepala daerah memiliki serta menampakkan kejelasan visi. "Sejauh ini, branding kota tak jelas, mencla-mencle. Selaku pelaku ekonomi kreatif, kami terombang-ambing," kata Gio.

Sempat ada kajian perihal usulan pengembangan citra atau branding Kota Bandung. Dalam kajian itu tercantum hasil survei pandangan masyarakat akan citra Kota Bandung. Masyarakat memiliki pandangan beragam atas citra Kota Bandung, yakni kota fesyen, kota agamis, kota layak pemuda, kota kembang, kota angklung, kota kreatif, lautan api, serta stunning Bandung.

Kajian itu juga memuat bahasan yang mempersandingkan pandangan masyarakat dengan potensi ekspektasi para pemangku kepentingan. Terdapat empat poin ekspektasi pemangku kepentingan atas branding Kota Bandung, yakni umum dan familier, menggambarkan atribut khas Kota Bandung, mencerminkan masyarakat yang kreatif, serta dukungan berkelanjutan untuk UMKM.

Gio mengatakan, sinergitas antarpemangku kepentingan menjadi hal paling urgen untuk menjadikan Bandung sebagai kota kreatif yang sesungguhnya. "Kami menyerahkan amanah itu ke Kang Arfi. Mangga (silakan), menerjemahkan itu menjadi regulasi nanti," kata Gio.

Merespons keluhan penggiat event dan pertunjukan, Calon Wali Kota Bandung Arfi Rafnialdi sepakat, sinergisitas antarpemangku kepentingan menjadi determinan untuk menunjang kenyamanan dan kesuksesan penyelenggaraan event. Prakarsa menyelenggarakan event bisa menjadi program 100 hari pertama pasangan Arfi-Yena.

"Kegelisahan itu terpicu lagi, kembali naik ke permukaan setelah konser Sheila on 7 pindah ke luar Kota Bandung. Sayang, padahal secara infrastruktur, semestinya Kota Bandung lebih siap. Dan kita kehilangan potensi ekonomi," ujar Kang Arfi.

Kang Arfi memandang, penyelenggaraan event termasuk aktivitas padat karya. Dengan demikian, penyelenggaraan event selaras dengan upaya menghadirkan solusi atas tantangan lapangan kerja di Kota Bandung.

Memberi ruang pada penyelenggaraan event, kata Kang Arfi, berarti menghadirkan kesempatan bagi pencari kerja di Kota Bandung untuk beroleh pekerjaan. Selain itu, event menjadi salah satu potensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bandung.

Kang Arfi menilai, jasa dan kreatif termasuk dari sejumlah kata kunci dalam RPJPD yang tengah dalam pembahasan. Mengacu kata kunci, Pemkot Bandung ke depan beroleh amanat untuk menyediakan sarana dan prasarana yang betul-betul mewujudkan Bandung sebagai kota kreatif, jasa, dan pariwisata.

"Pelaku ekonomi kreatif maupun sektor jasa -termasuk pariwisata- beroleh keamanan dan kenyamanan. Pada saat bersamaan, wisatawan yang berkunjung semakin nyaman akan jasa maupun produk ekonomi kreatif di Kota Bandung," kata Kang Arfi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement