REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri saat ini masih belum membaik. Bahkan, di daerag banyak industri TPT yang gulung tikar. Namun, di tengah kondisi tersebut pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tekstil masih optimistis. Mereka, masih terus berinovasi agar mampu bersaing di tengah banjir impor produk TPT.
Perbaikan UMKM tekstil pasca pandemi COVID-19 ini, berdampak pada peningkatan penjualan mesin tekstil termasuk sablon. Sehingga para pebisnis yang selama ini menjual mesin-mesin tekstil pun terus membidik UMKM tekstil ini.
"Industri TPT secara besar ini memang permintaannya turun, permasalahannya sangat kompleks mulai dari upah, permintaan yang kurang karena persaingan negara lain. Jadi masalahannya bukan di industrinya, tapi dari sisi regulasi," ujar Ketua Penyelenggara Indonesia Apparel Production Expo (IAPE), Bryan Whildan Arsaha selaku di Kota Bandung, Rabu (6/11/2024).
Bryan mengatakan, pelaku UMKM tekstil dan produk teksil sebenarnya punya kualitas yang baik dari sisi produk. Inovasi terus dilakukan mulai dari segi desain hingga produk yang lebih nyaman digunakan konsumen. Apalagi, Bandung sudah lama dikenal sebagai kawasan yang menjadi barometer pakaian, maka lewat IAPE diharapkan iklim industri pelaku UMKM tekstil harus bisa ditingkatkan.
"UMKM saya masih percaya dan bisa bersaing. Industri tekstil sepertinya perlu stimulus dan bantuan dari pemerintahan," katanya.
IAPE menilai, kata dia, industri pakaian di Indonesia masih punya banyak tantangan karena semakin kompleknya persaingan dan aturan yang ada. Sehingga harus ada bantuan dari pemerintah agar sektor ini terus berkembang.
Salah satunya, kata dia, bisa dengan meningkatkan bussines hub yang mampu mempertemukan berbagai pemangku kebijakan sektor tekstil. Yakni, mulai dari lembaga pemerintah, para pelaku industri kreatif, hingga praktisi sektor TPT seperti garmen.
"Pameran ini juga harap bisa menumbuhkan iklim UMKM untuk bersama-sama membangun bisnis dan menjadi wadah edukasi, inovasi, yang berujung pada terciptanya transaksi dalam menggerakan perekonomian wilayah," katanya.
Menurutnya, Indonesia Apparel Production Expo 2024, digelar dari 6 hingga 9 November 2024. Pameran ini, telah digelar untuk ke-9 kalinya di Bandung. Yakni, menghadirkan pameran mesin dan produksi pakaian dari hulu ke hilir berkonsep pameran bisnis to bisnis. "Target utama adalah segenap stakeholders bisnis industri pakaian ini. Rata-rata peserta pameran ini supplier 28 tenant, penyedia konsumen, tinta Kemudian dari mesin juga ada," katanya.