REJABAR.CO.ID, INDRAMAYU--Peraian di Kabupaten Indramayu memasuki musim baratan. Kondisi itu membuat nelayan kecil yang menggunakan perahu tradisional jadi tak bisa melaut. Musim baratan itu ditandai dengan angin kencang dan gelombang tinggi. Nelayan kecil yang memaksakan diri pergi melaut pun akhirnya terpaksa kembali ke daratan.
Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto, menjelaskan, kecepatan angin di perairan Indramayu saat ini di kisaran 20 knot. Untuk ukuran kapal-kapal kecil, kecepatan angin itu tergolong bahaya jika mereka tetap memaksa melaut. ‘’Sebagian besar nelayan tradisional di Indramayu saat ini tidak melaut,’’ ujar Dedi kepada Republika, Rabu (18/12/2024).
Dedi menerangkan, dalam kondisi musim baratan seperti sekarang, angin lumayan kencang terutama pada siang hari. Meski ketinggian gelombang tidak terlalu tinggi, yakni di kisaran 1,25 - 2 meter, namun kapal-kapal tradisional sangat berisiko jika memaksa melaut. ‘’Kami menyarankan untuk selalu berhati-hati dan tidak memaksa melaut jika cuaca belum bersahabat, terutama untuk kapal-kapal tradisional dibawah enam gross ton (GT),’’ kata Dedi.
Kondisi itu seperti yang dialami para nelayan kecil di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu. Mereka memilih kembali ke darat meski sempat berangkat melaut.
Salah satu nelayan di Karangsong, Taryana mengatakan, akibat terdesak kebutuhan ekonomi, tidak sedikit nelayan yang memaksa pergi ke tengah laut untuk mencari ikan. Namun, kencangnya angin dan tingginya gelombang akhirnya memaksa para nelayan harus kembali ke darat. ‘’Kapal-kapal pada balik lagi, soalnya anginnya besar, gelombangnya kuat. Nelayan pada khawatir, soalnya belum lama ini ada yang terbalik di tengah (laut),’’ katanya.