Kamis 06 Feb 2025 07:49 WIB

BMKG Beri Penjelasan Soal Angin Kencang yang Terjadi di Jabar

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Foto udara wisatawan bermain air di  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Foto udara wisatawan bermain air di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung memberikan penjelasan terkait kondisi angin kencang yang terjadi di wilayah Jawa Barat belakangan ini. Mereka mengatakan kondisi tersebut terjadi karena siklon taliah.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, terdapat siklon Taliah yang terpantau di Samudera Hindia Selatan Jawa Tengah. Dengan kondisi kecepatan angin maksimum mencapai 65 knots atau 120 kilometer per jam.

Baca Juga

Namun, siklon tropis Taliah diperkirakan menurun dalam 24 jam ke depan dengan pergerakan ke arah barat menjauhi wilayah Indonesia. Kondisi tersebut memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan wilayah di Indonesia, termasuk di wilayah Jawa Barat.

"Dampak tidak langsung berupa peningkatan kecepatan angin dan peningkatan tinggi gelombang di Perairan Selatan Jawa Barat," ujar Teguh, Kamis (6/5/2025).

Sementara itu BMKG pusat mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada tanggal 5 - 8 Februari 2025. Mereka mengatakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari Barat Laut - Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 6 - 25 knot.

Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari Barat Daya - Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 8 - 30 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia barat Lampung, Samudra Hindia selatan Pulau Jawa dan Laut Arafuru.

Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1.25 - 2.5 meter berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, Samudra Hindia Barat Aceh - Kep. Mentawai, Selat Karimata, Selat Sunda bagian selatan. Laut Jawa, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi bagian timur, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Arafuru bagian utara serta timur.

Sedangkan pada gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2.5 - 4.0 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia Barat Bengkulu - Lampung, Samudra Hindia Selatan Jawa - NTT, Laut Natuna Utara, Samudra Pasifik Utara Maluku - Papua, Laut Arafuru bagian barat - tengah.

"Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement