REJABAR.CO.ID, CIMAHI -- Sejumlah rumah di Kampung Babut Tengah, RT 04/19, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat rusak terdampak bencana pergerakan tanah. Namun, Dipastikan tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Pergerakan tanah itu terjadi pada Senin (7/4) pagi. Berdasarkan hasil assesment Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi, ada 10 rumah yang dihuni 12 kepala keluarga (KK) berisi 35 jiwa terdampak.
"Mulai terasa ada pergerakan tanah itu subuh sampai pagi hari, warga langsung pada keluar rumah. Kami baru terima laporan jam 9 pagi, dan sore itu ada rumah yang ambruk," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan di lokasi, Selasa (8/4).
Dari 10 rumah yang terdata, 4 di antaranya mengalami kerusakan parah, kemudian 3 rumah rusak ringan dan 3 rumah posisinya terancam bencana pergerakan tanah susulan. Untuk keamanan dan keselamatan, seluruh penghuni rumah yang berada di daerah ketinggian itu mengungsi ke rumah kerabatnya.
"Potensinya sangat berbahaya sehingga kita intruksikan untuk mengungsi secara mandiri. Kita sudah kirim bantuan dasar kemarin seperti makanan dan minuman," kata dia.
Fitriandy mengatakan, pergerakan tanah itu terjadi secara tiba-tiba. Namun tanda-tandanya sudah dirasakan warga seperti dinding rumah yang retak-retak sampai akhirnya tanah bergerak lalu fondasi rumah amblas. "Jadi ini pergerakan tanah alami, memang selain karena kondisinya di lereng juga karena tanahnya ini labil dan diperparah oleh hujan. Jadi multifaktor untuk penyebabnya," kata Fithriandy.
Saat ini, kata Fithriandy, pergerakan tanah masih terus terjadi. Rumah-rumah yang masih berdiri di atasnya, bisa roboh kapan saja. Sementara para penghuninya sudah mengungsi ke rumah kerabat.
"Kita minta masyarakat tidak ada yang mendekat karena tanah masih terus bergerak. Untuk penghuni juga kita sarankan mengungsi karena memang rumah sama sekali tidak bisa dihuni dan tentu berbahaya," katanya.
Kerusakan rumah akibat pergerakan tanah itu mulai dari tembok rumah bagian tengah ambruk, lantai terangkat, dan kemudian retakan-retakan muncul dengan ukuran agak lebar.
"Memang terlihat di sini, bangunan miring, retak besar, lantai terangkat, bahkan ada yang ambruk juga. Kita sudah lakukan kajian cepat juga, dan penanganan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan dinas terkait," tandas Fithriandy.