REJABAR.CO.ID, INDRAMAYU — Ratusan titik tanggul di sepanjang aliran Sungai Cimanuk dan Cisanggarung disebut dalam kondisi kritis. Namun, upaya perbaikan secara keseluruhan tanggul kritis itu terkendala anggaran.
“Di Cimanuk Cisanggarung ada 295 titik kritis,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, saat berkegiatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/3/2023).
Dwi mengatakan, jumlah titik kritis di sepanjang aliran Sungai Cimanuk dan Cisanggarung itu sebelumnya mencapai sekitar 300. BBWS Cimanuk-Cisanggarung mengeklaim terus berupaya menekan jumlah titik tanggul kritis tersebut.
Menurut Dwi, tanggul kritis itu paling banyak tersebar di wilayah Kabupaten Indramayu, Majalengka, dan Sumedang. Ihwal Kabupaten Indramayu, selain merupakan daerah hilir, terkait juga dengan kontur tanahnya.
“Di Sungai Cimanuk, terutama di daerah Indramayu, ini sudah datar ya, flat. Memang alamiahnya gerusannya di tebing sungai, horizontal, terutama di tekukan-tekukan luarnya. Memang daerah Indramayu tanahnya lunak. Ini suatu tantangan kita juga,” kata Dwi.
Dwi mengatakan, ke depan disiapkan program penanganan banjir Cimanuk. Saat ini sedang diproses tahapan pembangunannya. “Kita juga sedang kaji beberapa teknologi yang murah, meriah, tapi tepat,” katanya.
Menurut Dwi, dalam penanganan tebing sungai yang paling penting adalah bagian fondasinya. Jika fondasinya kuat, maka bagian atasnya akan relatif aman.
Namun, survei untuk penanganan tersebut akan menunggu saat puncak musim kemarau, di mana air sungainya surut. Jika airnya tidak surut, pelaksanaan survei disebut tidak akan optimal.