REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Eceng gondok selama ini mungkin dianggap sebagai tanaman yang mengganggu. Namun, di tangan orang-orang kreatif, gulma yang dianggap mengganggu perairan justru menjadi sumber rezeki.
Menjamurnya eceng gondok di genangan Waduk Cirata, justru menjadi berkah bagi kelompok Cirata Eceng Craft (CIECRA). Kelompok usaha kreatif warga tersebut mengolah eceng gondok menjadi barang-barang kerajinan yang bernilai guna dan elok.
Menurut pemilik galeri CIECRA di Desa Cipeundeuy, Duduy Abdullah, usaha kreatif tersebut dirintis sejak mengikuti kegiatan PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Cirata (PLN NP UP Cirata) menyambangi pameran di Tasikmalaya. Dari sana, ketertarikannya muncul untuk mengolah eceng gondok menjadi berbagai kerajinan.
Duduy pun difasilitasi sarana prasarana untuk mengolah eceng gondok yang merupakan limbah dari waduk cirata bersama masyarakat untuk diolah dan dianyam.
Hal senada dikemukakan Rizki Hasan, putra Duduy. Menurutnya, sang ayah mengembangkan bermacam-macam produk berbahan baku gulma itu berupa kursi, tas, dompet, pot bunga, wadah tisu dan hiasan dinding. Tak hanya melibatkan ibu-ibu di wilayah Cipeundeuy, Duduy juga melatih warga di luar KBB, seperti dari Palumbon, Purwakarta.
Bahkan, pesanan juga mengalir dari pelaku usaha kreatif dari Kota Bandung, Tasikmalaya. CIECRA bahkan pernah memperoleh pesanan jumbo dari Majalengka berupa satu kontainer hiasan dinding.
"Yang sering dipesan tempat duduk, karpet," ujar Duduy, Kamis (22/6/2023).
Duduy menjelaskan, proses pengerjaan produk kerajinan itu butuh ketekunan dan ketelitian. Eceng gondok sebelumnya harus dikeringkan terlebih dulu atau dijemur sebelum dianyam. Setelah penganyaman, pembersihan dilakukan disusul pengecatan menggunakann pernis agar hasil kerajinan mengkilap.
Menurtnya, proses pengeringan eceng gondok memakan waktu cukup lama. Karena tahapan tersebut bergantung pada cuaca dan cahaya matarahi. Terlebih, durasi penjemuran di darat yang butuh waktu satu bulan.
Di musim hujan, Duduy mengakui, proses pengeringan menjadi lebih sulit lagi. Walau begitu, jerih payahnya membangun usaha dan melatih warga membuat kerajinan kreatif anyaman gulma itu menjadi ladang rezeki masyarakat.
Apresiasi atas hasil kerajinan kreatif itu muncul dari Lutfah Qiyadah Rabbaniyah, warga Desa Nanggeleng, Kecamatan Cipeundeuy. Ia menyempatkan diri mendatangi galeri untuk melihat langsung produk-produk anyaman CIECRA. "Unik dan estetik," kata Lutfah.
Lutfah mengaku, tertarik dengan produk karpet dari anyaman gulma tersebut. Selain bisa dipakai di ruang tamu, karpet tersebut juga elok dipandang. "Bisa buat foto-foto produk yang saya jual juga," kata perempuan yang memiliki bisnis online tersebut.
Tak hanya menarik minat pembeli, usaha kreatif itu juga memberdayakan ekonomi masyarakat. Salah satunya warga yang memperoleh manfaat ekonomi itu adalah Elis Sumarni.
Beberapa tahun terakhir, Elis yang berasal dari Kampung Nagrog Kulon, Desa Ciharashas, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat tersebut menambah pendapatan keluarganya sebagai perajin eceng gondok.
Elis pun tak sendiri. Karena, ada sekitar lima warga lain di kampungnya yang berprofesi serupa. Elis membuat berbagai produk kerajinan anyaman eceng gondok di rumahnya. Berbagai kerajinan tersebut kemudian dikumpulkan di Duduy untuk kemudian dikirim atau dijual ke pembeli. Kehadiran usaha kreatif tersebut pun menjadi solusi dalam penanganan limbah eceng gondok di Waduk Cirata.
Menurut Senior Manager dr pihak PLN NP UP Cirata, Ochairaldy, PLN NP UP Cirata sangat mendukung kegiatan dari para pengrajin kerajinan dari eceng yang disebut Ciecra. Karena selain mengurangi limbah eceng, kegiatan tersebut juga dapat menambah pendapatan ekonomi untuk para perajin.
"Sehingga warga masyarakat sekitar terbantu dengan adanya kegiatan tersebut," katanya.