REJABAR.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Waduk Saguling aliran Sungai Citarum menjadi langganan pencemaran sampah dan gulma eceng gondok. Tak cuma sampah yang dibuang oleh warga sekitar, sampah juga berasal dari daerah hulu Sungai Citarum di Kabupaten Bandung sampai akhirnya terperangkap membentuk 'pulau' di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Padahal, keberadaan Sungai Citarum begitu krusial sebagai sumber air dan penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Tak cuma untuk sumber kelistrikan, namun juga menjadi sumber air baku, pertanian, perikanan, hingga wisata.
Berangkat dari kondisi itu, PLN Indonesia Power PLTA Saguling bersama mitra binaan dan 27 Bank Sampah Unit sebanyak 150 orang mengepung Waduk Saguling dan Sungai Citarum untuk membersihkan sampah domestik dan eceng gondok.
"Kegiatan ini tidak hanya soal membersihkan sungai, tetapi juga tentang membangun kesadaran bersama akan pentingnya Sungai Citarum sebagai energi primer PLTA Saguling yang menyuplai listrik untuk wilayah Jawa-Bali, dan menjaga kebersihan lingkungan untuk generasi mendatang," ujar Manager Administrasi PLN IP UBP Saguling, Huta Rianto, Jumat (13/6).
Hasilnya, kata Huta, ada sekitar 1 ton berbagai jenis sampah yang dibersihkan dalam momen peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025 yang merupakan bagian dari program Employee Volunteering PLN Grup bertajuk 'Zero Waste Warriors'.
Huta Rianto tak memungkiri Sungai Citarum selama ini menjadi muara berbagai permasalahan sampah, terutama yang berasal dari wilayah Bandung Raya. Sebagai perusahaan pembangkit listrik tenaga air yang sangat bergantung pada kebersihan dan kualitas air Sungai Citarum, PLTA Saguling menjadikan isu ini sebagai prioritas utama.
"Aksi ini diharapkan menjadi langkah awal menuju gerakan berkelanjutan yang mengedepankan kolaborasi lintas sektor, solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan, khususnya sumber daya air," kata dia.
Titik yang kerap terlihat penampakan sampah dan eceng gondok berada di Sungai Citarum di bawah JJembatan Babakan Sapan (BBS), Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Sampah berbagai jenis seperti plastik, limbah kain, furnitur bekas hingga gulma eceng gondok tampak jelas di permukaan air.
"Tiap hari juga ada kalau sampah mah kalau di sini. Saya setiap hari soalnya di sini mungut sampah," kata Ade Taryo (48), pemungut sampah di Sungai Citarum.
Menurutnya, sungai di bawah Jembatan BBS ini diibaratkan seperti terminal. Sebab, tumpukan sampah yang merupakan kiriman dari hulu akibat terdorong derasnya aliran sungai saat hujan deras itu biasanya terhenti dulu di kawasan tersebut.
"Kalau ada hujan, air deras biasanya pada datang sampah baru. Terus biasanya sampah kalau airnya deras yang di sini (Jembatan BBS) ke bawa lagi ke hilir," kata Ade Taryo.
Namun ketika aliran air sedang tidak deras, sampah yang sudah berada di hilir itu akan terbawa lagi oleh angin kencang ke wilayah sungai di Jembatan BBS. "Kalau airnya gak deras, sampah dari hilir biasanya kebawa lagi ke sini sama eceng gondok karena angin kencang," katanya.