REJABAR.CO.ID, JAKARTA -- Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto memaparkan bahayanya NII KW 9 yang di pimpinan pendiri Ma'had Al Zaytun yakni Abu Toto alias Panji Gumilang. Budi mengatakan, NII KW 9 dalam melaksanakan aksinya tidak menggunakan cara teror melainkan menguasai wilayah.
"Perekrutan yang dilakukan NII KW 9 pimpinan Abu Toto alias Panji Gumilang dengan cara menyuburkan calon-calon teroris dengan meletakan dasar-dasar militansi serta kebencian terhadap NKRI," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dengan tema PP Al Zaytun : Pendidikan Kontra Produktif pada Senin (26/06/2023) malam.
Berikut 6 bahaya dari NII KW 9 yang di pimpinan pendiri Ma'had Al Zaytun yakni Abu Toto alias Panji Gumilang sebagaimana disampaikan Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto:
1) Al-Zaytun dapat menjadi embrio dari pada kelompok teror meskipun mempunyai pola yang berbeda.
2) Berpotensi bergabung ataupun direkrut sebagai kelompok/anggota teroris yang siap menjadi 'pengantin' saat keluar dari gerakan NII terutama terutama jika tidak ada yang mengawasi, menyadarkan dan merehabilitasi.
3) Berpotensi membentuk kelompok serupa dengan nama yang berbeda dengan tujuan yang sama ataupun mengembangkan aliran pemikiran baru terkait dengan berdirinya NII.
4) Berpotensi untuk merongrong kedaulatan NKRI dengan adanya tujuan dan sasaran untuk berdirinya NII yang ditargetkan pada tahun 2024.
5) Berpotensi menghancurkan masa depan para pemuda yang menjadi anggota NII karena kehilangan pekerjaan, putus sekolah, dan terasingkan dari lingkungan kehidupan sosial sehingga menimbulkan kecemasan, ketakutan yang berdampak pada kesehatan sosial.
6) Berpotensi melakukan tindakan yang melanggar hukum untuk memenuhi target yang diprogramkan NII dengan menghalalkan segala macam cara.
"Dari bahaya-bahaya tersebut kami berpendapat bahwa apabila Al-Zaytun tidak ditindaklanjuti atau tidak ditangani serius oleh pemerintah, ini akan menjadi potensi yang besar dan membahayakan baik itu masyarakat maupun negara," tegasnya.
"Untuk itu, kami berharap nantinya pemerintah bisa mengambil alih Al-Zaytun, melakukan pembinaan baik itu terhadap pengurusnya ataupun santri-santrinya sehingga potensi-potensi yang kami sebutkan tadi itu bisa terhindarkan," kata Budi.