Lumintu, yang memiliki warung makan, tinggal sekitar 400 meter dari sekolah. Ia mengaku mendaftarkan putranya menggunakan data sesuai Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sama, sehingga sebelumnya optimistis bisa diterima di SMAN 1 Bogor.
Menurut Lumintu, di sekitar tempat tinggalnya, jumlah anak seusia putranya dapat dihitung jari. Namun, putranya tetap tidak masuk SMAN 1 Bogor.
“Hasil urutannya terbenam sama mereka mereka yang alamatnya dekat. Tapi yah enggak tahu orang mana itu. Mereka yang titiknya dekat itu pada kesaring semua di SMAN 1,” kata Lumintu.
Lumintu mengaku bingung akan menyekolahkan putranya di mana. Ia sempat bertemu dan meminta tolong kepada Wali Kota Bogor sebelum pengumuman PPDB, ketika Wali Kota tengah melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk mengecek data alamat pendaftar PPDB, yang diduga tak sesuai.
“Ya belum tahu karena mau sekolah ke mana lagi? Tutup. Kemarin ke Regina Pacis tutup, ke itu tutup, ke ini tutup,” ujar Lumintu.