REJABAR.CO.ID, BEKASI -- Setiap masuk ajaran baru, panitia penerimaan peserta didik baru (PPDB) selalu sibuk menerima orang yang titip berkas agar anaknya bisa masuk sekolah-sekolah negeri di Kota Bekasi. Apalagi, sekolah negerinya merupakan unggulan, seperti salah satunya SMAN 2 Bekasi, panitianya banyak kedatangan tamu tak diundang yang mengatasnamakan sebagai pendamping warga.
Solihan Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Bekasi selalu menjadi langganan didatangi tamu tak diundang saat pembukaan PPDB dimulai. Solihan mencaritakan, tahun ini pada 10 Juli, dia didatangi orang yang mengaku namanya Ayatullah sebagai ketua Aliansi Rakyat Peduli Pendidikan Nasional (ARDIN).
"Dia bilang begini pada saat pengumuman tanggal 10, pukul 14.00 WIB. Si Ayatullah itu mengaku saya pendamping warga," kata Solihan menirukan kata-kata Ayatullah.
Dengan santai, Solihan bertanya. "Siapa warganya," ujarnya.
Setelah ditanya siapa warganya, Ayatullah itu menunjukkan orang yang memperkenalkan namanya Budi Somasi. Belakangan ini, Solihan mengetahui bahwa Budi Somasi adalah caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Setelah memperkenalkan nama kepada Solihan, Budi Somasi bercerita bahwa anaknya yang tinggal di RT/RW sekitar sekolah SMAN 2 di Jl. Tangkuban Perahu Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan ini tidak lolos verifikasi PPDB.
Kepada Solihan, Budi Somasi bercerita begini. "Pak saya ini di RT 15 RW 16 mental nggak dapat. Padahal, tetangga saya anak RT 6 RW 16 itu dapat. Nama RT-nya Syarif," katanya.
Saat ditanya berkas, katanya, Budi Somasi tiba-tiba marah sambil gebrak meja. Akhirnya karena situasi tidak kondusif, Solihan oleh teman sejawatnya diminta meninggal tamu yang tak diundang itu.
"Karena situasi tidak kondusif, teman saya narik saya ke atas dengan alasan briefing," katanya.
Setelah itu, dia tak mengetahui lagi nasib anak yang disebut Budi Somasi tidak bisa masuk sekolah SMAN 2 Bekasi. Solihan mengaku, semua tamu dia terima baik untuk memberikan masuk terkait PPDB.
"Siapapun datang kesini saya terima. Dia bertanya tentang kenapa ini masuk dan ini tidak saya jelaskan," katanya.
Dua hari setelah kejadian Budi Somasi ngamuk di SMAN 2 Bekasi, Solihan dihubungi orang yang mengatasnamakan Yayat sebagai Kasat intel Polsek Bekasi Selatan. Yayat memberikan surat panggilan polisi untuk dihadiri Solihan.
Solihan menceritakan, setelah itu, pada malam harinya, dia telepon plt kepala sekolah supaya membuka file atas nama Alfin Marino. Solihan mengaku siap melaksanakan perintah.
"Kemudi tadi pagi sebelum demo datanglah krimsus dari Polres Metro Bekasi Kota, kemudian saya diintograsi ditanya macam-macam," katanya.
Setelah bertanya-bertanya kepada Solihan, penyidik itu minta membuka salah satu data atas nama Alfin. Karena tidak punya user name PPDB, Solihan minta stafnya untuk membuka data Alfin.
"Karena itu bidang verifikator, saya panggil orangnya. Dibukalah data-data anak itu dan memang data-data yang dimaksud itu sesuai dengan SOP," ujarnya.
Setelah ditunjukkan bahwa data yang dimaksud itu sesuai dengan SOP, petugas itu masih bertanya kepada Solihan bahwa data itu ganda. Kepada penyidik, Solihan mengaku data Alfin itu ganda atau tidak dirinya tidak mengetahui.
"Saya tidak tahu yang penting apa yang di-input, di-upload di sistem PPDB itu sudah sesuai dengan SOP PPDB," katanya.
Solihan mengaku, telah menjelaskan kepada penyidik tentang tugas dan fungsinya tim verifikator bagian dari panitia PPDB itu adalah tugasnya verifikasi data. Selanjutnya setelah verifikasi data selesai, tinggal tahapan seleksi.
"Tahapan seleksi itu bukan sama panitia lagi itu saja sebenarnya menjelaskan kepada penyidik," ujarnya.
Solihan mengatakan bahwa kedatangannya penyidik melakukan introgasi untuk menindaklanjuti laporan Budi Somasi yang mengatakan, ada satu nama siswa yang memiliki data-data. Katanya, data ganda itu dimainkan oleh Solihan untuk mencari cuan.
"Tapi setelah dicek di aplikasi PPDB tidak ganda," katanya.