Menurut Ujang, saat ini selada yang dihasilkan para petani Desa Tanjungpura sudah banyak dipasarkan ke pasar tradisional dan pasar modern.
Pihaknya juga sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan hidroponik asal Lembang, Kabupaten Bandung Barat, untuk dapat menyerap hasil panen para petani. “Ini agar produk dari petani kami bisa masuk juga ke sana,” kata dia.
Pilihan hidroponik
Soal pemilihan budi daya selada dengan cara hidroponik, Ujang menjelaskan, alasan utamanya karena di Desa Tanjungpura mayoritas sawahnya jenis tadah hujan. Beberapa sawah hanya bisa dipanen satu kali dalam setahun.
Karenanya, untuk membuat lahan sawah tadah hujan itu tetap produktif, para petani memilih cara hidroponik. “Caranya dengan hidroponik, agar lahan tetap produktif,” ujar Ujang.
Meskipun tanaman selada terbilang produktif, Ujang mengatakan, pihaknya tak serta-merta mengalihfungsikan seluruh lahan sawah untuk budi daya secara hidroponik. Pasalnya, masih ada beberapa lahan sawah yang mendapatkan pasokan air dari saluran irigasi.
“Lahan yang masih kena air saya larang untuk hidroponik karena kami masih butuh padi juga,” kata dia.
Ujang mengatakan, budi daya komoditas pertanian secara hidroponik ini dapat memancing minat anak muda. Pasalnya, menurut dia, anak muda saat ini kurang tertarik dengan pertanian konvensional.
“Lewat sistem ini, kami ingin mengajak mereka bertani. Sebab, dengan sistem ini, tangan tak kotor. Selain itu, para lansia (warga lanjut usia) juga bisa ikut karena mereka tidak perlu mencangkul,” katanya.
Menurut Ujang, saat ini pihaknya tengah mencoba budi daya tanaman lain dengan cara hidroponik. Apalagi, anggota yang tergabung dalam kelompoknya sudah banyak, bahkan dari luar Desa Tanjungpura.
“Ke depan, kami juga mengembangkan beberapa komoditas lainnya, seperti pakcoy, sawi, kangkung, dan bayam. Nanti akan dipetakan sesuai wilayah karena anggota kita sudah banyak juga di wilayah lain,” kata Ujang.
Berdasarkan pantauan Republika, para petani di Desa Tanjungpura tak hanya menanam selada secara hidroponik. Para petani juga tetap menanam padi, membuat lumbung, mengelola peternakan, dan membudidayakan ikan.
Para petani di Desa Tanjungpura juga memiliki satu tempat untuk melakukan musyawarah maupun diskusi, yaitu Rumah Ilmu. Desa Tanjungpura sendiri ingin menjadi desa yang berdikari.