REJABAR.CO.ID, JAKARTA -- Taktik yang digunakan oleh Hamas dalam serangannya terhadap Israel pada Sabtu/(7/10/2023) merupakan taktik paling canggih yang pernah mereka lakukan. Hamas menyerang Israel lewat udara, laut dan darat, atau dalam istilah militer yang dikenal sebagai operasi multi-domain.
Pejuang Hamas melakukan serangan awal terhadap pos pengamatan Israel dengan menggunakan drone, sebelum serangan roket besar-besaran menghancurkan pertahanan Iron Dome Israel. Inilah yang disebut sebagai operasi pembentukan, yang pada dasarnya merupakan persiapan untuk tahap berikutnya, yaitu masuknya pejuang Hamas secara fisik ke dalam Israel.
Ini infiltrasi fisik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hamas menyerang Israel dari berbagai arah. Mereka menyerang sasaran militer Israel, membunuh dan menangkap tentara, serta merampas peralatan militer.
Hal yang mendasari semua aktivitas ini adalah penggunaan elemen psikologis, termasuk merekam dan menyiarkan serangan di komunitas perbatasan Israel dan dj sebuah konser musik. Termasuk menangkap tentara dan warga sipil Israel, yang kemudian dibawa ke Jalur Gaza.
Berikut adalah keunggulan taktik militer Hamas dibandingkan Israel, dilansir Aljazirah, Selasa (10/10/2023).
Perencanaan tersembunyi
Sebagian besar perencanaan yang dilakukan Hamas dilakukan pada saat Israel sedang mengalami ketegangan politik yang telah mengguncang negara itu selama berbulan-bulan. Ketegangan politik didorong oleh pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang akan merombak sistem peradilan.
Perombakan sistem peradilan ini memicu aksi protes besar-besaran di Israel selama berbulan-bulan. Kerusuhan tersebut akan menimbulkan “kebisingan latar belakang” yang dapat mengganggu intelijen Israel.
Hamas akan mempelajari pengumpulan intelijen Israel, mengidentifikasi sumber-sumber Israel dan memfokuskan mereka pada hal lain, untuk menyembunyikan persiapan mereka. Menurut laporan berita, Hamas juga telah banyak berinvestasi dalam infrastruktur terowongan, membangun jaringan jalur bawah tanah yang memungkinkan mereka secara fisik melewati pos pemeriksaan Israel dan melakukan serangan mendadak. Penggunaan terowongan dan fasilitas bawah tanah hampir pasti membantu penyembunyian persiapan dari intelijen Israel.
Ancaman yang berkembang
Hamas tampaknya telah belajar dari berbagai sumber dan memanfaatkan pembelajaran dari pertemuan masa lalu dengan pasukan Israel. Termasuk mempelajari taktik yang digunakan oleh pejuang di Jenin pada 2002, dan menerapkan inovasi mereka sendiri.
Hamas tampaknya mengambil inspirasi dari infrastruktur militer Hizbullah dan strategi perang pemberontak. Pertemuan di masa lalu dengan pasukan Israel, khususnya selama serangan di Gaza pada 2014, telah mengajarkan kepada Hamas tentang pentingnya perang perkotaan dan bagaimana memanfaatkan alat peledak improvisasi (IED), jaringan terowongan, perang psikologis, dan perang asimetris.