Ahad 15 Oct 2023 18:27 WIB

Harga Gabah di Cirebon Masih Tinggi, Diburu Tengkulak dari Jateng

Ada tengkulak yang membeli dengan sistem tebas.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Gabah hasil panen.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
(ILUSTRASI) Gabah hasil panen.

REJABAR.CO.ID, CIREBON — Harga gabah di tingkat petani wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih terbilang tinggi. Padahal, sudah masuk masa panen raya. Hasil panen petani di Cirebon ini disebut diburu tengkulak dari Jawa Tengah (Jateng).

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Kabupaten Cirebon saat ini berkisar Rp 7.300-7.500 per kilogram. Sepekan yang lalu harganya sekitar Rp 7.000-7.300 per kilogram. “Itu harga gabah basah yang baru dipanen di sawah,” ujar Tasrip kepada Republika, Ahad (15/10/2023).

Baca Juga

Sedangkan harga gabah kering giling (GKG) di pabrik penggilingan, menurut Tasrip, saat ini berkisar Rp 7.800-8.000 per kilogram. Meski demikian, kata dia, lebih banyak petani yang memilih menjual langsung gabah yang baru dipanen.

Tasrip mengatakan, gabah petani diburu para tengkulak dari daerah Jateng. Menurut dia, para tengkulak berani membeli gabah petani dengan harga mahal. Hal itulah yang dinilainya membuat harga gabah terus naik di tingkat petani. “Tengkulak langsung datang ke lokasi-lokasi panen sambil membawa mobil pengangkut gabah,” kata dia.

Menurut Tasrip, tak sedikit tengkulak yang membeli gabah petani dengan sistem tebas atau sebelum panen. Ia menjelaskan, calon pembeli akan mendatangi sawah dan mengecek luas area tanaman padi. Hal itu biasanya dilakukan tujuh sampai sepuluh hari menjelang panen. Kemudian calon pembeli melakukan pemeriksaan secara teliti dan melakukan transaksi dengan petani.

Setelah tercapai kesepakatan, maka pihak pembeli yang akan melakukan panen saat masanya telah tiba. “Jadi, petani tinggal pulang sambil bawa uang,” kata Tasrip.

Tasrip mengatakan, saat ini hanya tinggal sekitar 12 ribu hektare sawah di Kabupaten Cirebon yang belum panen. Di antaranya tersebar di Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Suranenggala, Kaliwedi, dan Panguragan. “Panen raya diperkirakan akan berakhir pada pekan pertama November,” ujar dia.

Selanjutnya, menurut Tasrip, para petani akan melihat kondisi ketersediaan air untuk memulai musim tanam rendeng (musim hujan) 2023/2024. Jika pasokan air irigasi dinilai mencukupi atau turun hujan, petani baru akan memulai musim tanam.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement