REJABAR.CO.ID, TASIKMALAYA — Naiknya harga cabai berdampak terhadap sejumlah pelaku usaha makanan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Karena butuh, meskipun harganya tinggi, sejumlah pedagang makanan tetap membeli cabai.
Salah seorang pedagang masakan di Kota Tasikmalaya, Atik (47 tahun), mengaku membutuhkan cabai, antara lain untuk membuat sambal. Pasalnya, pembeli masakan di tempatnya mayoritas meminta sambal sebagai tambahan. “Jadi, terasa banget harga cabai naik. Apalagi sambal kan hitungannya gratis kalau makan,” kata dia, Kamis (2/11/2023).
Atik mengatakan, saat ini harga cabai rawit domba di pasaran sekitar Rp 20 ribu untuk seperempat kilogram. Padahal, pekan lalu harganya masih sekitar Rp 8.000 untuk seperempat kilogram.
Karena kebutuhan untuk berjualan, Atik mau tak mau tetap harus membeli cabai, meski harganya mahal. Namun, ia menyiasatinya dengan cara tersendiri.
“Sekarang sambal di warung nasi saya diumpetin di atas, biar kalau ada yang beli, saya yang ambilin. Soalnya kalau yang suka pedas kan main ambil-ambil saja, enggak tahu cabai mahal,” kata Atik.
Pedagang bakso di Kota Tasikmalaya, Tasim (41), juga mengaku terdampak kenaikan harga cabai. Dua pekan lalu, kata dia, harga cabai di pasar masih normal. Kenaikannya saat ini signifikan.
“Dua pekan lalu beli cabai domba Rp 35 ribu per kilogram. Pekan lalu naik jadi Rp 50 ribu. Kemarin beli sudah Rp 70 ribu per kilogram. Itu mah biasanya harga jelang Lebaran,” kata Tasim.
Menurut Tasim, penjual di pasar beralasan kenaikan harga itu karena pasokan cabai sedikit. Produksi cabai disebut berkurang akibat dampak musim kemarau.
Tasim membutuhkan cabai untuk bahan sambal. Pasalnya, pembeli makan bakso biasanya dicampur sambal. Karena itu, meskipun harga cabai tinggi, ia tetap membeli. Namun, ia mengaku penghasilannya menjadi berkurang.
“Kalau harga cabai naik pas Lebaran mah ketutup sama penjualan. Soalnya ramai yang beli bakso pas Lebaran. Kalau sekarang mah sepi,” kata Tasim.