Mengenal Islam
Di Indonesia Aron pun mulai mengenal Islam. Awalnya, ia melihat Islam sebagai agama lokal yang bukan untuknya. Bahkan, ia melihat orang-orang Islam yang taat lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah.
Hingga suatu hari, Aron mengikuti pertunjukan gamelan tradisional. Saat itu, ada seorang lelaki tua yang duduk disebelahnya. Lelak itu pun mengajak Aron berbincang.
Ini terjadi saat pertengahan tahun kedua Aron berada di Indonesia, hingga Aron pun sudah cukup mahir menggunakan bahasa Indonesia untuk berbincang dengan lelaki tua itu. Orang tua itu, menjelaskan kepada Aron bagaimana hubungan gamelan dengan agama Islam.
“Dia menjelaskan kepada saya hubungan antara gamelan dan Islam. Dia bercerita tentang ansambel Gamelan kerajaan kuno yang tujuannya hanya untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW,.
Gamelan Sekaten berukuran lebih besar dari gamelan lainnya dan hanya digunakan setahun sekali. Orang tua itu melanjutkan, bahwa permainan gamelan ini dimaksudkan untuk melambangkan puji-pujian yang tiada henti kepada Nabi Muhammad SAW.
"Kisah ini membuat saya terkesan karena saya tidak pernah memikirkan aspek spiritual dari musik. Penjelasannya memberikan dampak jangka panjang pada saya,” katanya.
Aron terus menggubah musik eksperimental. Dan rekaman gamelannya menjadi bagian penting di dalamnya. Aron mulai membaca lebih banyak tentang aspek spiritual Islam dan khususnya yang disebut mistisisme Islam di Indonesia. Hingga itu menyentuh hatinya dan mempengaruhinya.
“Saya memahami bahwa Islam adalah agama yang hidup dan penuh dengan spiritualitas yang saya inginkan dalam hidup saya. Saya selama ini melihat Islam sebagai agama yang kering dan ketat yang hanya berfokus pada aspek dan aturan lahiriah," ujarnya.
"Membaca tentang Islam di Indonesia, saya mengetahui bahwa persepsi saya jauh dari kenyataan. Dan semakin banyak saya membaca, semakin saya tertarik. Saya juga membaca tentang Islam di tempat lain di dunia. Dan saya terpesona dengan kekayaannya”.
Perjalanan spiritualnya dengan jalan menekuni gamelan membaut Aron mendapat hidayah. Ia pun akhirnya mantap memutuskan untuk memeluk Islam.
“Saya tertarik untuk memeluk Islam dan menjadi Muslim. Tapi, aku mengkhawatirkan keluargaku. Apa yang akan mereka katakan? Seorang Yahudi menjadi Muslim? Saya tidak ingin kehilangannya. Akhirnya, aku mengikuti kata hatiku. Saya mengucapkan syahadat saya di sebuah pusat komunitas Muslim kecil di New York City. Saya mulai berdoa. Dan saya bergabung dengan lingkaran dzikir . Mengingat Allah secara ritmis sungguh luar biasa. Ibarat musik spiritual yang menyejukkan hati dan menenangkan pikiran,” katanya.