Perang Melawan Serangan Tikus
Tak hanya mengembangkan APH, Waklan juga menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam menghadapi hama yang wujudnya lebih besar, yakni tikus. Si moncong itu menjadi musuh yang sangat menjengkelkan bagi petani karena bisa membuat tanaman padi habis atau rusak dalam sekejap.
Selama ini, petani setempat mengatasi tikus dengan gropyokan, menggunakan solar, maupun racun tikus. Petani juga harus begadang hingga dini hari di sawah, untuk mencegah tikus agar tidak menghabiskan tanaman padi. Namun tikus yang tertangkap, hanya hitungan jari.
Di wilayah kecamatan lain, bahkan tak sedikit petani yang memasang jebakan listrik untuk menghadapi tikus. Namun, cara tersebut terbukti menimbulkan korban jiwa pada sejumlah petani yang tersetrum hingga meninggal dunia.
Untuk itu, Pemkab melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu telah mengeluarkan surat Nomor: 500.6.12.3/141/TP. Surat itu berisi larangan penggunaan jebakan listrik untuk membasmi tikus.
Menyadari hal tersebut, Waklan pun menerapkan penggunaan TBS (Trap barrier system) dan LTBS (Line trap barrier system). Keduanya adalah teknik pengendalian tikus yang mampu menangkap banyak tikus sawah terus menerus selama musim tanam (sejak tanam hingga panen).
‘’Caranya dengan memasang bubu perangkap tikus dan bentangan terpal di areal sawah. Hasilnya sangat efektif dan lebih murah. Hanya dalam semalam, pernah satu bubu bisa menangkap sampai 20 ekor tikus. Jadi di pagi hari, kami tinggal merendam bubu ke air hingga membuat tikusnya mati. Setelah itu, tikus dipendam di dalam tanah dan bubunya dipasang lagi,’’ terang Waklan.
Teknik TBS dan LTBS juga tidak mengganggu pipa Pertamina, yang jaraknya selemparan batu dari areal persawahan petani. Selama ini, tanah dibawah pipa Pertamina dijadikan lubang persembunyian favorit oleh tikus.
Petani yang kesal, terkadang ada yang membakar lubang-lubang tikus itu. Tindakan tersebut sangat berbahaya karena bisa memicu kebakaran pipa Pertamina. ‘’Jadi kalau pakai bubu, aman bagi lingkungan, aman bagi petani dan tidak mengganggu pipa Pertamina,’’ katanya.
Waklan juga memasang rumah burung hantu (Rubuha). Namun, penggunaan Rubuha hanya bisa untuk membasmi tikus dalam jangka panjang.
Mandiri Setelah Program Pendampingan Berakhir
Setelah mendapat pendampingan selama lima tahun, program CSR dari Pertamina bagi Waklan dan kelompok taninya dinyatakan berakhir pada 2022 silam. Meski demikian, hal itu tidak melemahkan sang ‘profesor bakteri’ dan para anggotanya.
Waklan justru menetapkan rencana strategis pengembangan kelompok selama lima tahun (2022-2027). Ada tiga rencana strategis yang menjadi komitmen bersama anggota kelompoknya.
Pertama, meningkatan SDM petani anggota maupun petani diluar anggota, dengan mengenalkan teknologi ramah lingkungan pengembangan APH. Caranya, melaksanakan kegiatan Safari Pertanian di lokasi sentra pertanian. Kedua, meningkatkan kualitas mutu produk APH yang dihasilkan. Ketiga, meningkatkan informasi teknologi dan pembelajaran lewat Digitalisasi Pertanian (YouTube, Facebook dan lainnya).
‘’Kami berharap, dengan tiga rencana strategis itu, penanganan OPT secara ramah lingkungan makin diminati petani di Indramayu dan daerah lainnya,’’ ucap Waklan.
Para petani di Kabupaten Indramayu, yang telah memperoleh transfer ilmu dari Waklan di antaranya tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Sukra, Pasekan, Terisi, Cikedung, Gabus Wetan, Karangampel, Balongan, Gantar, Bongas, Anjatan, Sukagumiwang, Krangkeng, dan Kroya.
Sedangkan petani daerah lain di luar Kabupaten Indramayu yang telah menimba ilmu dari Waklan di antaranya datang dari Cirebon, Subang, dan Sumedang. Waklan juga menjadi narasumber di berbagai daerah, baik mewakili Kabupaten Indramayu maupun Provinsi Jawa Barat.
Langkah Waklan itu merupakan bentuk nyata dukungannya untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, produksi padi Kabupaten Indramayu pada 2023 mencapai 1.419.735,58 ton gabah kering giling (GKG).
Dengan capaian produksi itu, Kabupaten Indramayu menempati urutan pertama daerah penghasil produksi padi (GKG) tertinggi di Jawa Barat. Merujuk pada Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2024 yang dikeluarkan oleh BPS, lima daerah tertinggi produksi padinya adalah Kabupaten Indramayu (1.419.735,58 ton), Kabupaten Karawang (1.096.656,79 ton), Kabupaten Subang (1.016.077,04 ton), Kabupaten Cianjur (639.006,05 ton) dan Kabupaten Majalengka (556.781,75 ton).
Sementara itu, Officer Communication Relations Pertamina EP Jatibarang Field, Andhar Lutfi, mengungkapkan, pihaknya sengaja melakukan tanggung jawab sosial lingkungan di bidang pertanian melalui program Jari Tangan di Kabupaten Indramayu.
Hal itu mengingat Kabupaten Indramayu merupakan daerah lumbung padi nasional. Selain itu, di Kabupaten Indramayu juga banyak terdapat sumur Pertamina dan anak usaha Pertamina. ‘’Jari Tangan dimaksudkan agar produksi migas nasional berjalan seiring dengan produksi pertanian yang ada di Kabupaten Indramayu. Jadi ketahanan pangan sejalan dengan ketahanan migas,’’ ucap Andhar, saat ditemui di areal persawahan milik Kelompok Sri Trusmi Satu di Desa Kedokanbunder Wetan.
Setelah lima tahun memberikan pendampingan, Andhar mengungkapkan, Waklan dan kelompok taninya telah berhasil menerapkan program Jari Tangan secara mandiri. Dia juga menilai, kemampuan Waklan sudah mumpuni untuk mentransfer ilmunya kepada kelompok-kelompok lain agar juga menerapkan pertanian ramah lingkungan.