Soal politik identitas yang merugikan KDM, Firman menegaskan hal tersebut saat ini tak berpengaruh. "Isu politik identitas keagamaan potensial merugikan KDM di beberapa tingkatan medsos muncul, bahkan di beberapa kesempatan KDM sudah menyampaikan, tapi memang kelihatan belum menjadi isu sentral hanya menjadi isu pinggiran saja," tuturnya.
Faktor lain yang membuat KDM sulit dikalahkan adalah kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres kemarin. Basis dukungan di pilpres lalu membuat KDM yang didukung koalisi sama mendapat dukungan besar.
"Dan Gerindra punya kepentingan menjadikan Kang Dedi sebagai gubernur karena di Jawa hanya Jabar saja yang punya potensi menang," ucapnya.
Terakhir, kata Firman, KDM unggul dari sisi media sosial yang lebih banyak disukai oleh masyarakat. Terbaru adalah kasus Vina Cirebon yang dianggapnya mendongkrak popularitas dan elektabilitas secara signifikan.
"Tapi tak kalah penting adalah turun langsung ke warga, dan lagi-lagi itu yang dilakukan Kang Dedi menggunakan pola keliling bertemu langsung warga dan itu kembali menjelaskan popularitas meninggalkan yang lain dan berpengaruh pada elektabilitas yang sejauh ini unggul signifikan dibandingkan kandidat lain," tutup Firman.
Sebagaimana diketahui Voxpol Center baru saja merilis hasil survei Pilgub Jabar periode 11-20 Oktober 2024 terhadap 800 responden. Hasilnya KDM-Erwan di posisi pertama dengan 61,8 persen, Syaikhu-Ilham 18,6 persen, Acep-Gita 7,4 persen dan terakhir Jeje-Ronald 5,6 persen.
Dalam survei juga disebutkan pemilih kuat atau strong voters mencapai 69 persen sementara sisanya menjawab belum mantap atau bisa berubah pikiran dan juga tidak tahu.