Peluncuran terjemahan ini juga memberikan pemahaman agama Islam yang lebih mendalam bagi masyarakat Cirebon, karena menggunakan bahasa yang mereka kenal sejak lahir.
Agus meyakini, terjemahan itu hadir sebagai medium dakwah yang akurat sekaligus sebagai bentuk apresiasi terhadap identitas budaya lokal. ‘’Menjaga keanekaragaman budaya adalah juga menjaga bahasa daerah. Bahasa memiliki peran utama sebagai pilar identitas masyarakat sekaligus mempererat kebersamaan,’’ katanya.
Ketua Pelaksana Penerjemahan Alquran Bahasa Cirebon, Ahmad Yani mengatakan, proses penerjemahan memakan waktu selama tiga tahun, mulai dari tahun 2021 hingga 2023. ‘’Kami merasa bangga atas hasil kolaborasi ini, dengan dukungan penuh dari Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan Manajemen Organisasi Balitbang dan Diklat Kemenag RI,’’ kata Yani.
Menurut Yani, tujuan utama terjemahan itu adalah membumikan nilai-nilai Alquran melalui pendekatan kultural. ‘’Bahasa Cirebon mencerminkan identitas dan karakter religius masyarakatnya. Ini juga merupakan langkah pelestarian terhadap bahasa yang terancam punah di tengah arus budaya global,’’ kata Yani.