REJABAR.CO.ID, KUNINGAN--Perjuangan berat harus dijalani para pelajar di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan. Setiap hari, mereka harus menyeberangi sungai Sirigading dengan berjalan kaki untuk bisa sampai ke sekolah.
Hal itu terpaksa mereka lakukan karena tidak adanya jembatan penghubung antara Desa Cipakem, Kecamatan Maleber dan Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan. Sehingga, dibutuhkan keberanian dan tekad yang kuat bagi para pelajar di desa tersebut setiap kali menyeberangi sungai Sirigading. Mereka harus melepas sepatu dan menggulung celana atau rok seragam yang mereka kenakan agar tidak basah.
Seringkali mereka juga dibantu menyeberang sungai oleh petugas Babinsa dan Bhabinkamtibmas maupun orang dewasa yang kebetulan ada di lokasi. Terutama para pelajar yang masih kecil, mereka kerap digendong ataupun digandeng oleh petugas.
“Setiap hari pergi dan pulang sekolah ya harus menyeberangi sungai ini,” ujar seorang pelajar SMP Negeri Ciniru, Alika, Selasa (15/4/2025).
Alika mengakui, selain menyeberangi sungai, ada akses jalan lain. Namun, jaraknya sangat jauh sehingga ia lebih memilih untuk menyeberangi sungai tersebut. “Takutnya itu pas arus sungainya lagi deras. Tapi kadang suka ada yang bantuin nyeberang kalau airnya deras,” kata Alika.
Alika berharap, pemerintah bisa membangun jembatan penghubung antara Desa Cipakem dan Desa Cipedes. Dengan demikian, ia bisa pergi ke sekolah dengan lebih mudah.
Tak hanya pelajar sekolah, aktivitas menyeberangi sungai Sirigading juga dilakukan oleh masyarakat dari kedua desa tersebut. Hal itu bahkan sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Kepala Desa Cipedes, Arusdiana mengungkapkan, tak hanya pejalan kaki, pengendara sepeda motor juga terpaksa harus menerjang aliran sungai Sirigading meski harus menghadapi ancaman mesin motor menjadi mogok. “Tidak ada akses jalan lain. Kalaupun ada, muter jauh sampai sepuluh kilometer,” katanya.
Ia berharap bisa ada jembatan penghubung agar aktivitas warganya menjadi lebih mudah. “Kalau hujan besar, air sungai biasanya luber dan aktivitas penghubung kedua desa jadi putus,” katanya.
Hal senada diungkapkan Danramil Ciniru, Lettu Arh Fatkhul Azis. Ia juga berharap adanya pembangunan jembatan untuk memudahkan mobilisasi warga di kedua desa.
Ia mengatakan, anggotanya pun kerap turun dan membantu warga menyeberang sungai. Bahkan, tak jarang anggotanya harus menggendong anak sekolah untuk menyeberangi sungai tersebut. “Kalau ada Babinsa yang kebetulan ke sini dan melihat ada anak sekolah kecil yang ingin menyeberangi sungai, ya anak itu digendong atau digandeng,” katanya.