Pasar Koku Footwear kini meluas hingga ke Malaysia, Jepang, dan Singapura. Produk ini, dijual mulai dari Rp800 ribu hingga Rp2,5 juta. Merek produknya pun dibuat sederhana, yakni Koku agar mudah diingat karena senada dengan kaki.
Meski persaingan di pasar sepatu cukup ketat, Indra percaya pada kekuatan detail dan kualitas produksi. “Kami fokus pada ketelitian. Bahkan bisa dikatakan lebih detail dari produk seni rupa,” katanya.

Momentum penjualan tertinggi terjadi saat Ramadhan, Natal, dan Imlek. Ketiga hari raya besar itu, waktu bagi Indra untuk meraup banyak keuntungan. Karena, permintaannya bisa melonjak hingga 300 persen. Sepatu produksi Koku ini, dirancang awet hingga 4 tahun, dan bisa direparasi ulang. "Biasanya, sol karet alas kakinya habis 4 tahun, bisa dibawa ke workshop kami, nanti diganti jadi seperti baru," kata Indra.
Untuk mengembangkan bisnisnya, menurut Indra, atas informasi dari temannya, ia bergabung dengan Rumah BUMN menjadi UMKM binaan BRI. Di sana ia banyak belajar strategi bisnis dan manajemen usaha. Setelah menjadi UMKM Binaan Rumah BUMN, Indra mengaku lebih percaya diri menjalankan bisnisnya. Karena, bisnisnya lebih terarah dan terencana ke depannya akan seperti apa. “Pelatihannya gratis, hanya perlu jadi nasabah BRI. Manfaatnya luar biasa,” kata Indra.
Kini, Indra tak sekadar menjalankan usaha, tapi juga memberdayakan pengrajin lokal. Cibaduyut pun kembali menemukan denyutnya, melalui tangan-tangan terampil yang menjahit masa depan.
Sementara menurut Koordinator Rumah BUMN Bandung, Supriatna, semua UMKM bisa menyimpan produknya di di Rumah BUMN karena memiliki tempat show case dan etalase penjualan. Bahkan, etalase dalam bentuk digital juga ada. Jadi, setiap anggota akan bergabung di dua platform Rumah BUMN dan BRI Link UMKM.
Selain itu, kata dia, di Rumah BUMN Bandung pelatihannya lebih variatif. Bahkan, setiap pekan bisa ada 5 sampai 10 pelatihan dengan berbagai topik. Selain itu, di Rumah BUMN Bandung pun ada workshop, seperti praktik menjahit untuk kategori UMKM fashion. "Jadi UMKM bisa punya skill baru dan mengembangkan produknya. Teman-teman UMKM senang karena bisa terinspirasi untuk berinovasi. Untuk produk aksesories juga ada praktik yang biasanya menggunakan kawat tembaga jadi variasi menggunakan bahan lain," katanya.