REJABAR.CO.ID, BANDUNG-- Spanduk bertuliskan "KDM Lain Bapak Aing" (KDM bukan bapak saya) dengan foto kepala Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terpasang di ruas jalan L.L. R.E Martadinata, Kota Bandung, Jumat (9/5/2025). Belum diketahui siapa pemasang spanduk tersebut.
Pantauan, spanduk tersebut dipasangkan menggunakan tali ke tiang listrik dan tiang lampu yang berada di sisi kanannya. Spanduk tersebut terpasang di area trotoar jalan.
Tulisan KDM lain bapak aing merujuk kepada sosok Kang Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat yang di dalam channel youtubenya memiliki jargon "Bapak Aing". Spanduk tersebut diduga mengkritik terhadap kebijakan Dedi Mulyadi yang menimbulkan sejumlah pro kontra.
Beberapa kebijakannya yang memunculkan pro kontra hingga ke tingkat nasional yaitu terkait kebijakan larangan studi tur untuk siswa dan wisuda perpisahan. Selain itu, siswa yang bermasalah dikirimkan ke barak militer untuk dididik.
Program tersebut saat ini tengah berlangsung bekerjasama dengan Kodam III Siliwangi. Selain itu, kebijakan lainnya hibah untuk pesantren dipotong termasuk anggaran iklan untuk media massa dipotong hingga lebih dari 90 persen.
Belum dipastikan siapa pemasang spanduk tersebut. Namun, pengendara motor dan pengemudi mobil dapat leluasa membaca spanduk tersebut. Spanduk serupa pun muncul di Cirebon, spanduk bertuliskan KDM lain bapak aing akan tetapi bapak tiri. Disebabkan pembangunan Cirebon timur yang tidak terperharikan.
"Saya selama ini dikritik, tidak pernah habis. Yang paling menarik, di Cirebon, ada orang yang marah ke saya, jalan di Cirebon goreng (jelek), gubernurna lain bapa aing, tapi bapa tere (gubernurnya bukan bapa aing, tapi bapak tiri red),” ujar KDM, saat berbicara dalam acara Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2025-2029 dan RKPD Provinsi Jabar Tahun 2025, di Gedung Negara, Kantor Gubernur Bale Jaya Dewata, Cirebon, Rabu (7/5/2025).
KDM mengatakan, dirinya baru menjabat sebagai gubernur selama dua bulan. Selain itu, jalan rusak yang diprotes oleh warga Cirebon timur pun merupakan jalan kewenangan kabupaten.
“Kunaon jalan kabupaten, ngambek ka aing ai sia? (Kenapa jalan kabupaten, kamu marah ke saya?) Kunaon teu ngambek ka bupati na? (Kenapa tidak marah ke bupatinya?) Kan menjadi aneh,” kata KDM.
