Rabu 11 Jun 2025 18:57 WIB

Dedi Mulyadi Ungkap, Ini Penyebab Kelas Menengah Bawah Jabar Terjerat Hutang Renternir

Bank emok lahir dari komunitas ibu-ibu

Red: Arie Lukihardianti
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Foto: Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengungkap persoalan kemiskinan yang menjerat kaum kelas menengah ke bawah di Jawa Barat (Jabar). Sehingga, melahirkan tingginya angka ketergantungan pada hutang dan bantuan pemerintah.

Menurut Dedi Mulyadi, problem kesejahteraan Jabar ada di kalangan menengah-bawah berlatar pada beban ekonomi yang muncul setiap hari dalam rumah tangga. Utamanya, mereka yang memiliki anak sekolah.

Baca Juga

“Problemnya apa? Satu, jajan anaknya tidak pernah berhenti setiap hari. Dua ketika outing class dia memaksakan diri, ketiga ketika studi tour mereka memaksakan diri, empat ketika perpisahan memaksakan diri,” ujar Dedi, dikutip Rabu (12/6/2025).

Akibatnya, kata Dedi, banyak orang tua yang akhirnya mencari pinjaman walaupun bakal ditelikung bunga yang tinggi, sumbernya macam-macam mulai dari koperasi simpan pinjam hingga bank keliling. “Ada bank emok, ada bank keliling, ada pinjol,” katanya.

Menurutnya dari hasil analisa, di Jabar pergerakan uang yang berasal dari rentenir, bank emok dan lain-lain ini lahir dari komunitas ibu-ibu di setiap Rukun Tetangga. “Dia adalah kaki tangan dari peredaran uang gelap itu dengan bunga tinggi,” katanya.

Masalah kaum menengah ke bawah di Jabar makin problematik ketika pemerintah memberikan bantuan sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak dijadikan modal. “Duit PKH dipakai buat bayar bank emok, muncul lagi lewat bantuan ekonomi pinjaman modal, uangnya akan selalu habis,” paparnya.

Fenomena ini terjadi bukan karena negara tidak memperhatikan warganya mengingat sudah triliunan dikucurkan untuk memberikan stimulus ekonomi lewat bantuan sosial. “Kaum menengah ke bawah problemnya mereka sudah tidak punya etos, mereka sudah tidak ingin lagi bekerja dengan baik, mereka hanya ingin menikmati, uang dikonsumsi bukan menjadi modal kerja,” katanya.

KDM mengaku ketergantungan di kelas menengah bawah ini tengah diupayakan untuk diturunkan. “Membangun manusia yang kesadaran mengurangi beban ekonomi maka perspektifnya kalau ingin membangun kesejahteran rakyat lakukan empat hal,” katanya.

Pertama, kata dia, bebaskan kaum menengah bawah dari biaya pendidikan, biaya pengobatan, biaya listrik dan berikan jaminan hari tua yang memadai.

Menurutnya ekosistem pendidikan saat ini melahirkan kekacuan yang membuat beban ekonomi memaksa orang tua untuk mencari jalan pintas. Karena itu, dia memastikan kebijakannya melarang study tour, melarang perpisahan atau wisuda sekolah adalah upayanya meretas jalan agar warga Jabar terbebas dari beban ekonomi dunia pendidikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement