REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Kasus perundungan, akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia. Untuk mencegah kasus perundungan tersebut, pendidikan di keluarga, sekolah dan lingkungan harus dikuatkan.
Untuk memberikan pemahaman pada perempuan sebagai pendidik utama di keluarga, Wanita Syarikat Islam (WSI) Jawa Barat menggelar seminar "Penguatan Pendidikan Fitrah pada Anak Usia Dini" di Aula Unisba, Sabtu (11/3/2023)
Menurut Ketua Wanita Syarikat Islam Jawa Barat, Dra Hj Erma Ernadiawati, pihaknya sengaja memilih tema tersebut dalam seminar yang dikerjasamakan dengan WSI Kota Bandung dan Puskaji LPPM Unisba untuk memberkali pengurus dan anggota WSI soal pendidikan anak usia dini (PAUD). Karena, perempuan sebagai madrasah pertama setiap anaknya. Jadi, harus tahu bagaimana pola pendidikan yang benar.
"Pendidikan anak usia dini ini sangat penting. Karena pengurus dan anggota WSI adalah perempuan. Dan mendidik anak itu tidak hanya di sekolah tapi yang pertama itu justru ada di rumah," ujar Erma.
Untuk mencetak anak yang berprestasi dan berakhlakul karimah, kata Erma, dibutuhkan sosok orang tua yang mengerti akan pola asuh yang baik. Dengan kegiatan ini, diharapkan peserta yang mayoritas ibu-ibu bisa mengimplementasikan pola asuh yang baik kepada anak-anaknya atau cucu-cucunya.
Sementara menurut Penasehat WSI Kota Bandung, Hj Mari Marhamah, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh tiga tempat. Yakni di rumah, sekolah, dan di lingkungan masyarakat sekitar.
"Ketiga tempat ini akan menunjang terhadap keberhasilan pendidikan si anak. Tidak akan berhasil pendidikan jika hanya dilakukan di rumah, atau hanya di sekolah. Harus saling menunjang satu sama lainnya," kata Mari.
Mari menilai, pendidikan di rumah dengan pola asuh orang tua paling mendominasi. Pola asuh yang diberikan, harus baik kalau ingin menciptakan anak yang soleh dan shalehah.
Sementara menurut Pakar Pendidikan PAUD, Dr Iis Shalihat, setiap anak itu unik dan punya potensi masing-masing. Selama ini masih banyak pendidikan di PAUD atau TK itu kurikulumnya disamaratakan.
"Kebanyakan kurikulum di PAUD itu disamakan. Kalau menggambar semua harus menggambar. Bisa jadi ada anak yang tidak suka menggambar. Makanya saat ini ada kurikulum merdeka. Kurikulum ini pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi anak," katanya.
Iis mengumpamakan, pendidikan anak usia dini sebagai sekolah hewan. Tidak semua hewan pintar berenang. Tidak semua hewan pintar berlari dan terbang. Semua memiliki keahliannya masing-masing.
"Inilah yang dikembangkan pada kurikulum merdeka," katanya.
Selain Iis, dalam kegiatan tersebut menghadirkan keynote speaker, Anggota DPRD Jabar, Siti Muntamah (Umi Oded) dan pemateri lainnya Ketua Puskaji LPPM Unisba, Dr. Panji Adam Agus Putra dan Psikolog, Lidhiya Safroh Khaira Ummah.