REJABAR.CO.ID, TASIKMALAYA — Tumpukan sampah di aliran Sungai Ciwulan wilayah Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, menjadi sorotan. Bukan hanya tak sedap dipandang, adanya tumpukan sampah itu dapat mencemari air sungai.
Ada juga laporan sampah yang menumpuk di aliran Sungai Ciwulan itu berdampak terhadap saluran irigasi untuk area pertanian. Merespons laporan itu, komunitas pegiat sungai di Tasikmalaya, Republik Aer, melakukan susur atau patroli sungai, Rabu (26/7/2023).
Saat itu dilakukan pembersihan aliran sungai dari sampah, sekaligus juga pengujian tingkat pencemaran airnya.
“Kami sengaja menginisiasi kegiatan ini setelah ada laporan dari para petani bahwa banyak saluran irigasi yang tersumbat, terutama di Mangkubumi dan Cigantang. Kemudian ini juga untuk menyambut Hari Sungai Nasional,” kata Presiden Republik Aer, Harniwan Obech, Rabu.
Selain untuk pengairan irigasi, Sungai Ciwulan juga disebut memiliki potensi wisata, yaitu untuk arung jeram. Menurut Obech, Sungai Ciwulan memiliki morfologi yang bagus untuk melakukan arung jeram. Itu dibuktikan dengan beberapa kegiatan kejuaraan nasional yang digelar di aliran sungai tersebut.
Namun, adanya sampah dinilai dapat mengurangi potensi pariwisata itu. “Mudah-mudahan dengan patroli sungai yang dilakukan bisa jadi kegiatan untuk bersama menjaga sungai,” kata Obech.
Pencemaran air sungai
Upaya menakar tingkat pencemaran air Sungai Ciwulan juga dilakukan. Republik Aer bekerja sama dengan Ecoton Foundation. Penelitian dilakukan agar masyarakat Tasikmalaya mengetahui tingkat pencemaran air Sungai Ciwulan, khususnya terkait mikroplastik.
Penelitian kali ini disebut akan menjadi bahan pembanding hasil penelitian pada 2022. “Kami sih berharap hasilnya lebih baik. Namun, secara kasatmata, lihat air makin keruh dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Obech.
Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, menjelaskan, penelitian tingkat pencemaran air Sungai Ciwulan sudah dilakukan pada 2022. Ketika itu ditemukan bahwa kandungan fosfat, senyawa yang biasanya berasal dari limbah rumah tangga dan pertanian, cukup tinggi. Senyawa itu disebut dapat membuat ikan mati. “Tadi juga kan dilihat banyak ikan mati saat susur sungai,” kata Rafika.
Ecoton juga mendapati kandungan mikroplastik di Sungai Ciwulan. Dalam setiap 100 liter air sungai, disebut ditemukan sekitar 54 partikel mikroplastik. “Itu termasuk banyak,” ujar Rafika.
Untuk penelitian kali ini, hasilnya belum diketahui. Namun, secara kasatmata, selama susur sungai masih ditemukan titik-titik timbunan sampah skala kecil maupun besar. Termasuk sampah plastik.
Dampak mikroplastik
Rafika mengatakan, kandungan mikroplastik memiliki dampak yang berbahaya bagi manusia. Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, kata dia, kandungan mikroplastik bisa memengaruhi hormon, salah satunya hormon reproduksi.