Rabu 23 Aug 2023 04:38 WIB

Kincir Air, Solusi Petani Sukasirna Tasikmalaya Antisipasi Kekeringan Saat Kemarau

Petani di Kampung Sukasirna lebih memilih kincir air dibandingkan pompa.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Kincir air yang digunakan untuk mengalirkan air Sungai Citanduy menuju lahan sawah petani di Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Foto:

Pasalnya, biaya pembuatan kincir air dinilai lebih masuk akal dibandingkan modal yang harus dikeluarkan setiap hari untuk bahan bakar pompa. Perawatan kincir air pun dinilai lebih mudah. “Jadi, lebih efisien pakai kincir air,” kata Ucu.

Menurut Ucu, petani di Kampung Sukasirna baru kembali membuat kincir pada musim kemarau tahun ini. Sementara saat kemarau beberapa tahun terakhir masih turun hujan. “Terakhir dibuat itu 2019. Selama pandemi kemarin mah, meski kemarau, tetap ada hujan,” ujarnya.

Ucu memperkirakan makin banyak petani di Kampung Sukasirna yang akan membuat kincir air untuk mengairi lahan sawah mereka. Biasanya disebut ada lima sampai enam kincir air yang dibuat petani untuk menjaga pasokan air ke sawah selama musim kemarau.

Saat ini, belum semua sawah di Kampung Sukasirna mendapat pasokan air melalui kincir. Salah satunya sawah milik Oyon (58 tahun). Selasa siang, Oyon terlihat tengah mencabuti rumput dengan parang di lahan sawahnya yang kering. Rumput sudah tumbuh di lahan sawah dengan luas sekitar 18 bata itu (satu bata sekitar 14 meter persegi). “Rumput ini buat makan kambing,” kata Oyon.

Oyon mengaku belum membuat kincir air sendiri lantaran lahan sawahnya relatif kecil. Jika dikalkulasi, biaya pembuatan kincir air tidak akan tertutup dengan keuntungan hasil panen. “Makanya saya masih cari rekan dulu buat bikin (kincir air). Soalnya, kalau sendiri, lahan kecil, modal tidak tertutup,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement