Wali Kelas 4B SDN Cidokom 02, Mohamad Andriyana, hanya pasrah siswa yang dididiknya tahun ini mesti menempati mushala untuk kegiatan belajar. Pada tahun ajaran sebelumnya, mushala tersebut digunakan kelas 5, yang jumlah muridnya sedikit dari yang lainnya.
Persoalan tersebut berulang setiap tahunnya karena SDN Cidokom 02 kekurangan ruang kelas, juga mebelnya. Saat ini, dengan jumlah siswa 494 orang, di sekolah tersebut hanya ada delapan ruang kelas. Sedangkan rombongan belajar ada 12.
Selain kelas 4B yang menempati mushala, ada kelas 6 yang harus belajar di ruang laboratorium. Namun, ruang laboratorium ini lebih luas dibandingkan mushala yang digunakan siswa kelas 4B.
Andriyana mengaku tidak mengalami kesulitan berarti mengajar di mushala yang dijadikan ruang kelas. Namun, ia merasa sedih melihat para siswanya belajar dengan kondisi kurang nyaman. Termasuk ketika masa ulangan, yang memicu keluhan dari para orang tua siswa.
“Itu manusiawi ya. Saya yakin orang tua ingin yang terbaik buat anaknya. Termasuk kondisi belajar, fasilitas anak,” ujar Andriyana.
Tak jauh dari mushala tempat siswa kelas 4B belajar, ada bangunan dengan tiga kelas yang tampak belum selesai dibangun, namun bagian atasnya sudah ada dak beton. Tiga ruang kelas itu sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM).
Menurut Andriyana, bangunan itu seharusnya menjadi dua lantai, sehingga dapat mencukupi kebutuhan ruang kelas di SDN Cidokom 02. Hanya saja kelanjutan pembangunannya belum jelas.
Pihak SDN 2 Cidokom disebut sudah pernah mengajukan dan mengusahakan kebutuhan ruang kelas, juga mebelnya, seperti meja, kursi, dan lemari. Mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat desa, kecamatan, hingga menyerahkan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
“Harapan saya agar cepat dibangun lanjutan lantai dua, agar tahun ini dilanjut kembali. Kemudian berikut mebelnya, jadi satu paket. Kalau ada ruangan tidak ada mebel, akan bingung juga. Jadi, idealnya bangunan ada, mebelnya ada,” ujar Andriyana.