REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Kontestasi pemilihan gubernur Jawa Barat (Jabar) 2024 menuai atensi dari sejumlah tokoh agama. Sejumlah tokoh agama menyerukan masyarakat untuk memilih calon pemimpin yang berpegang teguh pada ajaran agama agar mampu menjaga amanah dan berintegritas dalam menjalankan tugasnya.
Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali M Da'i mengatakan, Provinsi Jawa Barat (Jabar) membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai agama. KH Athian pun menyerukan kepada umat Islam untuk memilih pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasulullah.
Dalam prinsip Islam, hidup ini bukan hanya untuk dunia tetapi juga untuk akhirat. "Memilih pemimpin bukan lah urusan yang sepele. Apalagi, Jawa Barat memiliki penduduk yang mayoritas adalah muslim," ujar Athian kepada Republika di Kota Bandung, Senin (23/9/24).
Oleh karena itu, kata dia, dalam memilih pemimpin harus mempertimbangkan aspek yang sesuai aqidah. KH Athian mengungkapkan, ketika umat salah memilih pemimpin, maka bukan hanya pemimpinnya yang akan dimintai pertanggungjawaban, tetapi juga masyarakat yang memilihnya juga.
Menurut KH Athian, umat muslim harus berhati-hati dalam memilih pemimpin. Agar jangan sampai memilih pemimpin yang tidak jelas agamanya. ‘’Jawa Barat diakui sebagai pusat gerakan Islam, jadi wajar jika seorang pemimpin yang dipilih adalah muslim yang taat,’’ katanya.
KH Athian mengimbau masyarakat agar memilih pemimpin yang memiliki sikap merangkul umat Islam, bukan pemimpin yang diduga suka melecehkan dan memperolok-olok agama. Hal itu bisa dilihat dari penyataan dan rekam jejak tindakan yang dilakukan oleh calon pemimpin tersebut.
KH Athian memberikan contoh tentang calon pemimpin terindikasi musrik. Di antaranya gemar membangun patung-patung dan sesajen yang membuat resah umat Islam. Contoh lainnya, menggulirkan pernyataan kontroversi, misalnya mengatakan bahwa zakat itu tidak wajib dan Ka’bah akan dipindahkan ke Indonesia. ‘’Saya khawatir jika masyarakat dipimpin oleh calon pemimpin seperti itu karena akan membuat resah umat selama lima tahun ke depan,’’ imbuhnya.
Menurut KH Athian, pemimpin juga bukan hanya bisa melindungi umat muslim, tetapi juga harus bisa melindungi masyarakat non muslim. Jadi, kepemimpinan yang baik harus meniru kepemimpinan Rasullullah yang sanat toleran ketika memimpin. ‘’Orang banyak yang salah mengira ketika Islam berkuasa, yang non islam akan terpinggirkan. Justru ketika Islam berkuasa, hak-hak non muslim akan terlindungi,’’ katanya.