REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Menjadi karyawan adalah pilihan yang banyak dipilih oleh banyak orang, namun bagi Inggra Dwipo Prayogo, bekerja di restoran dan bar selama beberapa tahun sudah cukup. Ia, memutuskan untuk berhijrah dan memilih keluar dari pekerjaannya demi memberikan rezeki yang lebih halal bagi keluarganya. Keyakinan yang kuat untuk berubah, mendorong Inggra untuk berhenti bekerja dan mulai berbisnis ayam geprek.
“Ketika saya punya anak pertama, saya ingin memberikan rezeki yang benar-benar halal, maka saya memutuskan untuk membuka usaha ayam geprek. Alhamdulillah, hasilnya lumayan,” ujar Inggra Pemilik Baso Aci Tercabaikan kepada Republika, belum lama ini.
Perjalanan usahanya pun dimulai dengan berjualan dari satu pameran ke pameran lainnya. Bisnis ayam gepreknya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, namun ada kejadian tak terduga yang ia alami saat berkunjung ke rumah mertuanya di Garut, sehingga mengubah arah bisnisnya dan meraih kesuksesan. Saat itu, Inggra melihat ada pedagang baso aci yang sudah sibuk melayani pelanggan meskipun masih pagi sekitar pukul 07.00. Bahkan, antrean panjang terlihat karena banyak pelanggan yang memesan untuk pengiriman luar kota.
“Melihat itu, saya tertarik untuk mencoba membuat baso aci. Ternyata, berhasil,” katanya.
Meski pada saat itu ia tidak memiliki modal, dengan tekad bulat dan modal seadanya sebesar Rp 50.000, Inggra mulai membuat baso aci. Sebelum memasarkan produknya, ia meminta keluarga besar untuk mencoba dan menilai. Ternyata, hasilnya positif, banyak yang menyukai baso aci buatannya.
“Awalnya saya bilang itu oleh-oleh dari Garut, padahal saya yang bikin. Responnya bagus, bahkan tetangga saya juga banyak yang pesan,” katanya.
Inggra kemudian melakukan tes pasar dengan memberikan baso aci kepada jamaah masjid sekitar. Responsnya sangat positif, dan keesokan harinya banyak yang memesan. Dari situ, ia berhasil mendapatkan uang sekitar Rp 300.000. Uang tersebut, meski bukan untuk modal, ia alihkan untuk disumbangkan ke panti asuhan.
“Meskipun uangnya saya alihkan ke panti asuhan, saya tak putus asa. Ada yang membayar hutang dan itu menjadi modal pertama untuk usaha saya,” katanya.
Setelah menggunakan uang dari teman yang membayar hutang, kata dia, usaha baso aci yang diberi merek Tercabaikan pun pada 2019 itu, mulai berkembang. Ia membuka outlet di rumah dan mengubah ruang tamu menjadi tempat jualan dengan modal seadanya. Tidak hanya itu, Inggra juga mengikuti pelatihan dari Rumah BUMN BRI di Setiabudi. Dari pelatihan itu, ia mendapatkan banyak pelajaran. Yakni, dari mulai cara pengemasan, pemasaran, dan cara menangani konsumen.
“Dari pelatihan tersebut, banyak perubahan yang saya lakukan, terutama dalam hal pelayanan dan pembayaran. Kami mulai bisa menerima pembayaran cashless, menggunakan rekening bank hingga QRIS,” katanya.
Pada 2020, kata Inggra dengan menjadi UKM Binaan BRI usahanya terus berkembang. Bahkan, omzet usahanya sempat mencapai Rp 75 juta per outlet, dengan total ada 7 outlet. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda, banyak outlet yang harus tutup. Meski demikian, ia terus beradaptasi dengan mengembangkan penjualan online, meskipun aktivitas offline sempat terhambat.
Kini, usaha Inggra berkembang dengan lima outlet yang ada di Bandung, khususnya Bandung Timur. Setiap outlet, omzetnya rata-rata sebesar Rp 30 juta. Selain baso aci, Inggra juga mengembangkan menu lainnya. Di antaranya, cuanki, mie kocok, pentol, urat mozzarella, dengan berbagai sambal.
Karena, kata dia, ia ingin membuat makanan tradisional yang dikemas dengan modern. Ia pun, berinovasi membuat kupat tahu sebagai makanan lokal dikembangkan dengan topping beberapa sambal. Yakni ada sambal chilli oil dan geprek yang selama ini belum ada.
"Alhamdulillah, berkat mitra BRI, kami mendapatkan banyak dukungan. Tidak hanya pelatihan, tetapi juga kesempatan untuk mengikuti acara pameran dan kompetisi. Kami sangat terbantu terutama memperluas pasar," katanya.
Kini, usaha yang dimulai dari sebuah niat untuk memberikan rezeki halal telah berkembang menjadi bisnis yang tidak hanya memberi keuntungan, tetapi juga bermanfaat bagi banyak orang. Inggra berharap dengan terus mengembangkan mitra dan produk, usahanya bisa terus tumbuh dan memberi manfaat lebih luas. Saat ini, ia bisa mempekerjakan karyawan tetap sekitar 15 orang.
“Harapannya, BRI terus mendukung dengan pameran dan pelatihan, serta membuka kesempatan bagi kami untuk berbagi pengalaman dengan para pelaku UMKM lainnya,” kata Inggra.
Perlu diketahui, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) terus mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta memperluas akses keuangan bagi masyarakat. Hal itu, terlihat pada laporan 2024, BRI mencatatkan berbagai pencapaian signifikan.
Dalam laporan tersebut pun, tercatat total kredit yang diberikan BRI pada 2024 mencapai Rp1.354,64 triliun, dengan 81,97 persen atau Rp1.110,37 triliun di antaranya disalurkan ke sektor UMKM. Komitmen terhadap UMKM ini diwujudkan melalui sinergi dalam Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Sejak dibentuk, Holding UMi telah melayani 35,9 juta nasabah melalui berbagai produk keuangan dan pemberdayaan, serta didukung oleh 1.032 Sentra Layanan Ultra Mikro (SENYUM) yang tersebar di seluruh Indonesia.