REJABAR.CO.ID, KARAWANG -- Melalui kolaborasi, PMO Mitra Tani Bulog dan Asosiasi Bio-agroinput Indonesia (ABI) dan PT Artha Prima Humatindo dan PT Prima Agro Tech membuat perbaikan sistem budidaya. Konsep ini mengandalkan pola aplikasi input pertanian secara terjadwal sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) serta penerapan teknologi biostimulan dan biopestisida.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jawa Barat (Jabar) Muhammad Alexander mengatakan, Bulog Jawa Barat telah menyerap gabah langsung dari petani sebanyak 252.000 ton gabah atau 55.12 persen dari target yang ditetapkan kantor pusat. Dia juga mengatakan. Sejumlah petani pun merasakan dampak hasil panen kali ini.
”Alhamdulillah, setelah memakai produk-produk tersebut hasilnya terlihat. Saya berharap bisa menggunakan kembali di musim tanam berikutnya,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/5/ 2025)
Dia mengatakan, penerapan teknologi ini dilakukan di sawah milik Bulog seluas 8,5 hektare di Desa Kepuh dan Desa Cikalong, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kegiatan ini untuk membuktikan implementasi teknologi budidaya padi dengan SOP mampu meningkatkan produktivitas padi dari 3 Ton/Hektare GKP menjadi rata-rata 7 Ton/ Hektare GKP dengan biaya rendah dan penyehatan tanah.
"Keberhasilan panen raya di Karawang ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara Bulog, pelaku teknologi pertanian, dan petani lokal mampu menciptakan lompatan produktivitas yang signifikan. Dengan penerapan pertanian pintar dan presisi berbasis teknologi serta pendampingan intensif, diharapkan model ini dapat direplikasi di wilayah lain untuk memperkuat ketahanan pangan nasional secara menyeluruh," ujarnya.
Pimpinan Perum Bulog Kantor Cabang Karawang, Umar Said mengatakan, keberhasilan ini tidak lepas dari pendampingan teknis yang intensif serta pemberian senyawa humat dan biostimulan. Hal itu untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.
"Peningkatan produktivitas ini juga merupakan bagian dari upaya mendukung program pemerintah untuk swasembada pangan dan memenuhi kebutuhan beras nasional."
Guru Besar Jurusan Ilmu Tanah IPB-university Budi Mulyanto mengatakan, peningkatan hasil panen ini diperoleh melalui perbaikan dalam Standar Operating Procedure (SOP) budidaya dari pengolahan tanah hingga panen yang terstruktur dan tercatat secara kuantitatif.
"Varietas Inpari 32 yang digunakan ini memiliki potensi mencapai 10 Ton/Hektar, dengan perbaikan SOP dan pengembalian kesehatan tanah menjadi kunci untuk peningkatan hasil ini," kata Budi.
Dia mengatakan, teknologi budidaya padi yang disusun menjadi SOP terintegrasi dapat mempermudah petani dalam menjalankan budidaya melalui panduan lengkap. Kata dia, mulai dari jadwal tanam, dosis, dan volume aplikasi hingga spesifikasi teknis produk seperti pupuk, biostimulan, dan pestisida.