Rabu 02 Jul 2025 18:39 WIB

Kasus DBD Kota Bandung Capai 1.635 Tertinggi di Jabar, Pemkot Gandeng Swasta Buat Program 3M Plus

Program 3M Plus Mengoles Ditargetkan dapat menjangkau 30.000 warga di tiga kecamatan

Red: Arie Lukihardianti
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan resmi meluncurkan program kolaboratif “3M Plus Mengoles” sebagai inovasi pengendalian demam berdarah dengue (DBD)
Foto: Dok Republika
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan resmi meluncurkan program kolaboratif “3M Plus Mengoles” sebagai inovasi pengendalian demam berdarah dengue (DBD)

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Saat ini, Kota Bandung merupakan daerah endemis demam berdarah dengue (DBD), karena jumlah kasusnya cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung menempati posisi pertama jumlah kasus DBD di Jawa Barat dengan 7.447 kasus sepanjang tahun 2024. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, ada lima kecamatan dengan angka tertinggi kasus DBD. Yaitu Buah Batu, Rancasari, Coblong, Kiaracondong, dan Arcamanik. Per Mei 2025, di Kecamatan Buah Batu terdapat 88 kasus, Rancasari 74 kasus, dan Coblong 65 kasus.

Baca Juga

"Ini adalah angka yang harus kita tangani bersama. Serta pentingnya kolaborasi dalam mempercepat perubahan perilaku dan mengedukasi masyarakat Kota Bandung tentang pentingnya pencegahan DBD," ujar Anhar.

Anhar megatakan, pada 2024, tercatat kasus DBD di Bandung sebanyak 7.680 kasus. Sementara pada periode Januari - Juni 2025, jumlah kasus mencapai 1.653. Sebagai bentuk upaya pencegahan dan pengendalian DBD, Pemerintah Kota Bandung berkolaborasi dengan Enesis Group melalui produk Soffell yang diwujudkan dalam kegiatan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan pengendalian DBD. "Khususnya melalui pemantauan jentik secara rutin dan penerapan gerakan 3M Plus serta penggunaan lotion anti nyamuk (mengoles) sebagai perlindungan tambahan,” katanya.

Pemerintah Kota Bandung, kata dia, bersama Enesis Group meluncurkan program kolaboratif “3M Plus Mengoles” sebagai inovasi pengendalian DBD berbasis sanitasi lingkungan, edukasi masyarakat, serta pendekatan berbasis data.

Program ini diluncurkan secara resmi oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Rabu (2/7/2025). Acara ini melibatkan ratusan kader Jumantik dan jajaran lintas sektor di Kota Bandung.

Menurut Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, Kota Bandung saat ini sedang menghadapi tantangan berat dalam bidang kesehatan lingkungan, mulai dari naiknya angka stunting, masih tingginya kasus tuberkulosis (TBC), hingga ancaman penyakit menular seperti DBD.

“Saya tidak bangga, tapi juga tidak akan menutup mata. Sanitasi lingkungan kita sedang menghadapi masalah serius. Maka setiap kolaborasi yang membawa dampak nyata akan kami dukung,” kata Farhan.

Farhan menilai, pendekatan yang diambil Enesis Group melalui gerakan 3M Plus Mengoles patut diapresiasi karena tidak hanya bersifat promosi, tetapi mengusung keberanian untuk diuji dampaknya langsung di masyarakat.

Program ini memanfaatkan produk lotion antinyamuk Soffell yang akan diterapkan secara masif bersama edukasi PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di tiga kecamatan terpilih yaitu Buahbatu, Rancasari, dan Coblong. “Belum ada satu pun brand lain yang berani langsung mengintervensi lapangan secara konkret seperti ini. Ini bukan hanya branding, ini uji dampak sosial,” katanya.

Pemkot Bandung juga akan mengintegrasikan program ini dengan aplikasi Sempati, yang selama ini digunakan untuk pemantauan kasus dan intervensi kesehatan lingkungan.

Meski masih ada regulasi ketat terkait perlindungan data pribadi, Farhan membuka ruang kerja sama yang transparan dengan Enesis untuk memperkuat evaluasi program berbasis data riil. “Kita semua percaya pada angka. Jika data Sempati menunjukkan hasil yang baik, maka ini bisa menjadi model nasional. Tapi kita harus mulai dari keberanian di tingkat lokal,” kata Farhan.

Sementara menurut CEO Enesis Group Aryo Widiwardhono, pendekatan perusahaan ini selalu berpijak pada kebermanfaatan sosial. Ia mengungkapkan, sejarah pendirian Enesis yang diawali dari pengalaman personal pendirinya, Ivan Chin, yang terinspirasi menciptakan lotion antinyamuk setelah digigit nyamuk saat pulang ke Indonesia pada akhir 1980-an.

“Produk-produk Enesis seperti Soffell, Adem Sari, hingga Vegeta lahir dari masalah nyata yang dihadapi pendirinya sendiri. Ini bukan sekadar bisnis, ini adalah kontribusi,” kata Aryo.

Enesis memilih Bandung sebagai kota percontohan karena dinilai memiliki komitmen pemerintah yang kuat, keterbukaan terhadap data, serta ekosistem masyarakat madani yang aktif. Menurutnya, keberhasilan program ini akan dijadikan model nasional, bahkan berupaya diperkenalkan di forum internasional.

“Kalau kita sukses di Bandung, ini bisa kita bawa ke tingkat nasional. Kita bisa membuat Hari Bebas Nyamuk secara nasional, bahkan dunia bisa melihat Bandung sebagai kota contoh,” katanya.

Enesis menargetkan program ini dapat menjangkau 30.000 warga di tiga kecamatan awal. Kegiatan melibatkan 140 kader Jumantik, tim edukator Enesis, dan relawan yang akan mendatangi rumah warga, mencatat jentik, serta menyosialisasikan penggunaan lotion antinyamuk sebagai pelengkap 3M. “Target kami bukan hanya 95 persen bebas jentik, tapi menuju 99 persen. Dan itu hanya bisa dicapai dengan kolaborasi nyata antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,” kata Aryo.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement