Tidak Efektif
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA Negeri 9 Bogor, Iin Sunarsih (53 tahun), mengatakan dampak dari kebijakan ini terasa pada peningkatan jumlah siswa baru tahun ini yang mencapai hingga 430 murid. “Jadi 430-an sekarang dari 324-an jadi 430-an,” ujar Iis saat ditemui Republika.
Iis menyebutkan, SMAN 9 Bogor sudah berupaya untuk mengikuti arahan KDM untuk memaksimalkan jumlah siswa kelas 10 sebanyak 50 murid per kelasnya. “Kami sudah merealisasikan itu, dan semua sudah selesai. Kita sudah melakukan daftar ulang juga, bahkan sekarang sudah kegiatan PLS, kemudian fasilitas pendukung juga sudah kami siapkan, ruang kelas dan tempat duduknya sudah disiapkan,” jelas dia.
Dia mengatakan, kebijakan baru dari Gubernur KDM harus disertai dengan penambahan fasilitas. “ Ini sama seperti jawaban dari sekolah lain, butuh effort,” tambah dia.
Sebelum adanya kebijakan ini, tiap rombel di SMAN 9 Bogor berjumlah 36 siswa per rombel. Wahyudin (43), Staf Kesiswaan sekaligus Guru dan Pembina Osis SMAN 9 Bogor, mengatakan, penambahan murid per kelas akan memberikan banyak tantangan.
“Cuman kalau kita lihat dari kondisi sebelumnya yang hanya 36, sekarang 50, itu mungkin akan lebih banyak tantangannya,” jelas Wahyudin.
Dia menyebutkan, tantangan yang harus dihadapi oleh para guru nantinya yaitu ruang kelas yang tidak terlalu luas harus diisi dengan siswa lebih banyak. Kelas pun akan menjadi lebih ramai. “Ruang kelas kita yang tidak terlalu luas. Kemudian mungkin dari siswanya sendiri, artinya setelah selama ini hanya 36, sekarang 50 tentu saja lebih crowded,” ujar dia.
Untuk mengatasinya, Wahyudin menyebutkan bahwa guru perlu merancang strategi untuk dapat memberi fokus dan menjadikan siswa senang untuk belajar di kondisi kelas yang ramai. “Artinya mungkin guru harus lebih memberikan bermacam materi atau lebih kepada strategi, gimana caranya suasana bisa kondusif dengan 50 orang itu dan anak-anak bisa fokus. Dan yang terpenting adalah anak-anak senang belajar di kelas seperti itu mungkin,” ujar Wahyudin.
Iis dan Wahyudin menjelaskan, saat ini SMAN 9 Bogor memiliki 27 kelas, di mana tiap tingkatan memiliki sembilan kelas. Untuk siswa baru yaitu kelas 10 saat ini tiap kelasnya berisi 48 hingga 50 murid.
Saat ini siswa baru SMAN 9 Bogor masih melaksanakan pengenalan lingkungan sekolah (PLS) yang dilaksanakan di lapangan sekolah. Wahyudin mengatakan, masalah yang mereka hadapi saat ini yaitu lapangan yang tersedia untuk melaksanakan PLS tidak sesuai dengan jumlah siswa baru yang cukup banyak.
“Kesulitan lain mungkin kalau di sembilan harusnya. Karena lapangannya lumayan sempit. Dengan kondisi anak yang lumayan banyak. Itu saja sih untuk penempatannya saja,” jelasnya.
Iis melihat ini sebagai jumlah yang tak biasa dan memang harus dijalakan karena ini perintah dari atasan. “Artinya kan kita akan sama-sama membangun sekolah, walaupun dengan jumlah yang tidak biasa, Karena memang kalau sudah menjadi keputusan dari atasan kita, ya kita harus laksanakan,” jelas Iis.
Di samping itu, pihak SMAN 9 Bogor terus berupaya optimistis harus tetap melaksanakannya di kondisi apapun. “Tapi itu tadi, kita optimislah, dengan kondisi apa pun kita akan melakukan yang terbaik,” tegas Iis.
Dia menjelaskan untuk mewujudkan kebijakan ini dibutuhkan sinergi dan kerja sama antar pihak untuk melaksanakannya. “Ini tidak akan bisa berjalan tanpa ada dukungan dari berbagai pihak. Dari orang tua, dari masyarakat, dari stakeholder yang lain juga. Karena kan ini menjadi tanggung jawab semua. Itu aja sih harapannya. Bersinergi lah semuanya,” ujar Iis.