REJABAR.CO.ID, JAKARTA -- TikToker sekaligus pendakwah muda Kang Anom menggelar live streaming bersama alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun. Salah satu alumni yaitu, Reza Pahlevi yang mengemban ilmu di Ponpes tersebut dari 2002 hingga 2008.
"Saya angkatan keempat saat itu, dan Al Zaytun dengan moto besarnya yaitu sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian, untuk saya pribadi ga tahu tujuan dan arahnya, konsepnya mentah selama jadi santri saat itu," ujar Reza dalam live streaming yang diunggah ulang oleh akun @viral_tikt000k, seperti dikutip Republika di Jakarta pada Selasa (4/7/2023).
Dia mengatakan, tujuan Al Zaytun adalah merangkul semua etnis dan agama sehingga di kawasan ponpesnya terdapat gedung yang dinamakan "Gedung Persahabatan". Ponpes yang dipimpin Panji Gumilang itu, menurut dia menyiratkan gedung tersebut sebagai sebuah simbol bahwa Al Zaytun adalah pesantren yang toleran.
"Jadi, semisal dengan gedung tersebut ingin betul-betul menyimbolkan bahwa pesantren ini toleran ataupun sentral dari toleransi baik agama maupun etnis hingga, petinggi-petinggi agama ikut nyumbang sebagai simbol," kata Reza.
Reza menceritakan, ketika dirinya mengemban pendidikan di Al Zaytun, tidak ada hal atau ajaran yang menyimpang. Bahkan, ketika dirinya belajar enam tahun di Ponpes yang letaknya di Indramayu itu, tak ada salam yang dipekikkan Panji yang menimbulkan kontroversi.
"Dulu nggak ada salam-salam Shalom Aleichem, makanya angkatan-angkatan awal benar-benar nggak tahu kapan persisnya lagu-lagu tersebut diajarkan, terutama itu salam buat penyambutan tamu atau hari-hari besar itu ngga tau," kata Reza di akun pribadi TikToknya @juragankopi.
Reza juga menanggapi hal kontroversial lain terkait shaf shalat yang diimami Panji Gumilang. Menurut dia, dahulu ketika dia belajar, ibadah sholat di Al Zaytun mengikuti imam, yaitu merapatkan shaf dan merapikan shaf sebelum memulai takbir.
Dia mengatakan, sholat renggang yang terjadi di pesantren tersebut pada saat pandemi Covid-19 untuk menghindari penularan virus. Namun, seiring Covid-19 memudar, shaf sholat tetap renggang dengan alasan menghindari aroma tak sedap antarjamaah.
"Renggang karena Covdi-19 alasannya, namun diteruskan dengan alasan supaya nggak bau jengkol, kan orang tidak setiap hari makan jengkol," kata Reza.
Reza bukan satu-satunya alumni yang tidak mengamini kontroversi tentang ajaran Panji Gumilang. Alumni lain, Ichsan, yang merupakan angkatan kedua Al Zaytun, mengatakan tidak setuju dengan pemimpin Panji Gumilang mengenai beberapa ajarannya yang kini santer menjadi perbincangan publik.
"Saya bukan tak kontra dengan Al Zaytun, tapi dengan Panji Gumilang," kata dia.
Ponpes Al Zaytun viral menjadi perbincangan publik karena dugaan ajaran yang tak sesuai dengan syariat Islam. Praktik yang membuat nama Al Zaytun santer dan menjadi kontroversi yaitu shalat Idul Fitri 1444 Hijriyah.
Dalam foto dan rekaman yang beredar, shaf jamaah laki-laki dan perempuan di masjid sejajar bahkan ada seorang jamaah perempuan yang berdiri sendiri di depan para jamaah laki-laki. Baru-baru ini pula viral di media sosial nyanyian lagu Yahudi yang dipimpin Panji Gumilang dan diikuti oleh para santri.
Bareskrim Polri sudah menetapkan status tersangka terhadap pendeta Saifuddin Ibrahim. Peningkatan status hukum tersebut, terkait dengan penyidikan penistaan agama Islam. Namun penetapan tersangka tersebut, belum berujung pada penangkapan dan penahanan.
sumber:
TikTok Juragan Kopi dan @akanganom313