Obech mengakui, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya belakangan berfokus terhadap pengelolaan sampah. Namun, pengelolaan yang dilakukan masih fokus untuk sampah organik.
“Padahal, sampah di Kota Tasikmalaya banyak sampah plastik. Sekitar 70 persen sampah di kita anorganik. Kalau tak diperbaiki, akan jadi masalah,” kata Obech.
Obech menilai, sampah plastik di aliran sungai itu tentu sangat berbahaya. Apalagi, masih banyak masyarakat yang menjadikan sungai sebagai salah satu sumber kehidupan. “Kalau sungai itu sudah tercemar mikroplastik, itu artinya sudah tidak bersih,” kata dia.
Dilihat dari sisi wisata, menurut Obech, pemandangan tumpukan sampah di Sungai Ciwulan itu juga menjadi sebuah tamparan tersendiri. Pasalnya, Sungai Ciwulan selama ini dipromosikan sebagai objek wisata untuk arung jeram.
“Masalahnya, sungai ini kotor dengan sampah. Soalnya kalau cerita tentang pariwisata, korelasinya dengan keindahan. Namun, nyatanya sampah masih bertebaran,” kata Obech.
Karena itu, Obech menilai, Pemkot Tasikmalaya juga mesti fokus dalam urusan pengelolaan sampah dari sisi hulu. Tidak hanya dari sisi hilir, dengan pengelolaan sampah.
Salah satunya, kata dia, dengan membatasi penggunaan plastik. “Ini perlu penegakan terkait aturan pemakaian plastik. Aturan sudah ada, tinggal ditegakkan,” ujar dia.