REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Anggota DPRD Jabar Tina Wiryawati menilai, fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah Reuse-Reduce-Recycle (TPS3R) di Jabar sangat diperlukan. Tina menilai, apabila semua desa dan kelurahan di Jabar memiliki TPS3R, maka tidak akan ada TPA atau tempat pembuangan akhir sampah seperti Sarimukti. Karena, sampah sisa yang ada bisa digunakan untuk diolah di TPPSA Legoknangka, menjadi energi.
"Kalau semua TPS3R berfungsi, seharusnya tidak ada TPA. Bila pengelolaan sampah dilakukan secara terpadu dengan benar, dimasukkan ke perdes dengan reward and punishment, sampah selesai di hulu," ujar Tina, Jumat (13/10/2023).
Tina mengatakan, urusan sampah tidak akan selesai atau beres kalau tidak ada keseriusan pengelolaannya dari pemerintah desa, pemerintah kota atau kabupatennya. Kegiatan 3R yang tidak berkelanjutan, kata dia, menjadi pemicu utama tidak beroperasinya fasilitas TPS3R ini dan akhirnya masalah sampah di masyarakat tidak kunjung selesai.
Menurut Tina, saat reses ia pernah melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di Jabar, anggota dewan dari daerah pemilihan Kabupaten Kuningan, Ciamis, Pangandaran, dan Kota Banjar ini, menemukan tidak sedikit TPS3R yang terbengkalai.
"Kami dari DPRD yang memiliki fungsi pengawasan merasa heran, kenapa kok banyak bantuan-bantuan pemerintah yang telah disalurkan berupa TPS3R, malah sekarang mangkrak. Artinya setelah diresmikan, tidak difungsikan lebih lanjut," kata Tina.
Tina menilai, tidak beroperasinya TPS3R ini menyebabkan penghamburan anggaran. Sebab, anggaran yang sudah diberikan pemerintah untuk penanganan sampah, tidak memberikan manfaat lebih lanjut kepada masyarakat.
Aktivitas di bangunan yang sudah ada untuk TPS3R dan program-programnya, termasuk manfaat pelatihan, terhenti begitu saja. Menyiratkan bahwa masyarakat kembali ke cara lama membuang sampah.
"Ini artinya penghamburan anggaran. Bukan saja tidak berkelanjutan, tapi tidak dipakai. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kami. Ada apa ini," kata Tina.
Tina mengatakan, setelah ditelusuri, penyebab mangkraknya TPS3R ini di antaranya kurangnya pemahaman di level sumber daya manusia dalam pengelolaan sampah di desa-desa. Bisa dari perangkat desa, sampai pengelolanya sendiri.
Sayangnya, kata dia, tidak sedikit fasilitas TPS3R yang sudah dibangun dan diresmikan, kini terbengkalai begitu saja. Kegiatan 3R yang tidak berkelanjutan menjadi pemicu utama tidak beroperasinya fasilitas ini dan akhirnya masalah sampah di masyarakat tidak kunjung selesai.