Selain Darul Haqmal, ada sejumlah pesantren lainnya di Provinsi Jabar yang mengembangkan bisnis berbasis pangan. Seperti Pesantren Pertanian Darul Fallah, yang ada di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pesantren Pertanian Darul Fallah didirikan pada 1960. Saat ini, jumlah santrinya ada sekitar 240 orang. Wakil Ketua Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, Nursyamsu, mengatakan, selain belajar agama, para santri ini bisa mempelajari usaha pertanian.
“Kami memang mengembangkan pertanian berteknologi perdesaan yang dapat diadopsi dan dipelajari oleh para santri, termasuk di dalamnya bercocok tanam dengan teknik hidroponik,” kata Nursyamsu.
Nursyamsu menjelaskan, lahan yang digunakan untuk bertani itu memanfaatkan bekas kandang sapi. Sejak sekitar tiga tahun lalu lahan tersebut digunakan untuk bercocok tanam dengan cara hidroponik. “Itu untuk tanaman cabai dan sayuran. Di antaranya ada lettuce, ada selada, dan pakcoy,” ujar dia.
Menurut Nursyamsu, cabai yang dihasilkan bisa mencapai sekitar dua ton-tiga ton per siklus enam bulan. Untuk sayuran, kata dia, penanamannya dilakukan secara kontinu, sehingga panen bisa dilakukan setiap pekan, yang mencapai puluhan kilogram. “Kami menyuplai sayuran hidroponik ini ke berbagai supermarket,” kata dia.
Pesantren Pertanian Darul Fallah ini pun terpilih sebagai salah satu peserta program juara ekspor yang digagas Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI. “Kami terpilih sesuai dengan kriteria dari Bank Indonesia. Jadi, mereka yang memilih, kami tidak mendaftar,” kata Nursyamsu.
Peran pesantren
Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar Bambang Pramono mengatakan, pihaknya berupaya mendorong pengembangan peran pesantren dalam berbagai bidang. Menurut dia, pesantren dapat mengembangkan usaha yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, serta membantu masyarakat sekitar dan upaya pengentasan kemiskinan.
Bambang mengatakan, BI dan pemerintah daerah juga berupaya memberdayakan pesantren untuk membantu menjaga ketahanan pangan, pencegahan stunting, dan pengendalian inflasi.
“Salah satu wujud dari hal tersebut adalah melalui penyelenggaraan kegiatan ‘Pangestu’ (Pengembangan Skill Pesantren untuk Umat) yang merupakan capacity building manajemen usaha atau bisnis kepada pengelola unit usaha pesantren,” kata Bambang.