REJABAR.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebuah klinik di Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, diduga memberikan pelayanan yang tak baik kepada salah satu pasien bersalin. Akibatnya, bayi dari pasien persalinan di klinik itu meninggal dunia tak sampai 24 jam seusai diperbolehkan pulang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika, kasus itu bermula ketika pasien atas nama Nisa Armila (23 tahun) melakukan proses persalinan di klinik itu pada Senin (13/11/2023) malam. Dalam proses persalinan itu, pasien diduga tak mendapatkan pelayanan yang baik.
Kakak pasien, Nadia Anastasia (31), mengatakan, adiknya melakukan proses persalinan di klinik secara normal. Namun, bayi yang dilahirkan dalam keadaan berat badan lahir ringan (BBLR), yaitu sekitar 1,7 kilogram.
"Setelah lahiran, bayi itu ditaruh di inkubator dan diobservasi," kata dia, Kamis (16/11/2023).
Usai melakukan proses persalinan, para petugas di klinik itu tak ada yang mengurus adiknya. Bahkan, untuk sekadar membersihkan darah sisa persalinan, pihak keluarga yang harus melakukannya. "Darah saya yang bersihkan," ujar Nadia.
Nadia menyatakan, proses persalinan yang dilakukan di klinik itu juga tidak bisa dikatakan baik. Pasalnya, saat melakukan proses persalinan, terdapat petugas yang menangani dinilai tidak profesional, karena bekerja sambil bermain ponsel. Selain itu, adiknya yang menjalani proses persalinan diduga menjadi bahan pelajaran mahasiswa yang sedang praktik di klinik tersebut.
Ihwal kondisi bayi, menurut dia, petugas hanya menaruhnya di inkubator tanpa dilakukan kontrol. Bahkan, sampai empat jam berada di inkubator, tak ada satu pun petugas yang melakukan kontrol. Alhasil, pihak keluarga berinisiatif untuk memanggil petugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bayi.
Nadia menambahkan, usai menjalani perawatan selama semalam, pada Selasa (14/11/2023), pasien diperkenankan untuk pulang. Ibu dan bayi dinyatakan sehat untuk kembali ke rumah. Sebelum diperbolehkan pulang, bayi itu disebut dimandikan oleh petugas.
"Padahal bayi berat badan kurang. Kami takut ada apa-apa. Namun tetap disuruh pulang," kata dia.
Ia menyatakan, saat keluarga dipersilakan pulang pihak klinik tak memberikan berkas apapun. Bahkan, berkas kwitansi pembayaran proses persalinan juga tidak diberikan. Pihak keluarga hanya disarankan kembali setelah tiga hari untuk melakukan kontrol.
Sesampainya di rumah, bayi itu terlihat hanya tidur. Hingga pada Selasa sekitar pukul 21.00 WIB, bayi itu tak lagi bergerak.
Nadia mengatakan, pihak keluarga kemudian membawa bayi ke klinik tempat dilahirkan. Setelah diperiksa, bayi berjenis kelamin laki-laki itu dinyatakan sudah meninggal dunia.
"Petugas yang memeriksa bilang meninggal. Tapi setelah meninggal, tidak ada penjelasan lanjutan dari petugas. Mereka langsung menghindar, bahkan klinik langsung ditutup," kata Nadia.
Pihak keluarga yang masih belum menerima mencoba membawa bayi ke rumah sakit lain untuk diperiksa. Namun, bayi itu dinyatakan sudah meninggal dunia. Di rumah sakit, berat badan bayi diketahui sekitar 1,5 kilogram.
"Di rumah sakit lain, petugas di sana juga mempertanyakan kenapa bayi sudah boleh dibawa pulang. Semestinya masih diinkubator," kata dia.
Republika bersama beberapa wartawan telah mencoba mendatangi klinik untuk mendapatkan konfirmasi pada pekan lalu. Salah satu petugas di klinik itu menyatakan bahwa pemilik klinik tidak ada di tempat. Petugas itu juga meminta kontak wartawan untuk dihubungi. Namun, hingga kini belum ada respon dari pihak klinik tersebut.