REJABAR.CO.ID, DEPOK -- Jumlah anak stunting di Kota Depok, Jawa Barat, diklaim terus turun, menurut bulan penimbangan balita pada Agustus yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes). Prevalensi balita stunting turun dari 3,46 persen atau 3.576 kasus pada Februari 2023, menjadi 3,24 persen atau 3.283 kasus pada Agustus.
"Prevalensi Balita stunting di Kota Depok Bulan Agustus tahun 2023 adalah sebesar 3,24 persen (3.283 balita)," kata Wali Kota Depok Mohammad Idris dalam surat edaran yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/12/2023).
Menurutnya, data ini merupakan hasil pengukuran Agustus kepada 101.331 balita. Data yang diambil dari laporan 38 UPTD Puskesmas se-Kota Depok menggunakan aplikasi e-ppgbm yang sudah divalidasi.
Meski jumlah kasus stunting turun, ia mencatat ada 22 kelurahan yang jumlah kasusnya naik. Puluhan kelurahan itu mengalami kenaikan kasus stunting jika dibandingkan dengan bulan penimbangan balita pada Agustus 2022.
Kelurahan-kelurahan dengan prevalensi stunting naik yaitu, Curug (Bojongsari), Pondok petir, Depok, Cipayung Jaya, Bojong Pondok Terong, Cipayung, Mekarjaya, Tirtajaya, Cisalak, Curug (Cimanggis), Harjamukti, Mekarsari, Leuwinanggung, Tanah Baru, Kemirimuka, Limo, Grogol, Pangkalan Jati Baru, Pangkalan Jati, Pondok Jaya, Ratu Jaya dan Mampang.
Dalam surat edaran yang ditujukan kepada perangkat daerah, camat hingga masyarakat Depok ini, Idris berharap agar berbagai pihak sama-sama berkontribusi dalam mengentaskan kasus stunting. Ia juga memberi beberapa imbauan, seperti meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita di posyandu.
"Melakukan percepatan proses validasi hasil pengukuran dengan Kelompok Penimbangan (Pokbang) dan kunjungan rumah (sweeping) oleh kader dan tenaga Kesehatan," kata Idris dalam imbauannya.
"Melakukan sosialisasi publikasi stunting secara berjenjang di tingkat kecamatan oleh TPPS Kecamatan dan di tingkat kelurahan oleh TPPS kelurahan secara berjenjang," ujarnya.