Salah satu pengemudi perahu wisata di Green Canyon, Agus Gunawan, mengaku sudah melakukan uji coba mesin listrik. Menurut dia, ada sejumlah kelebihan dari penggunaan mesin listrik, antara lain suaranya tidak bising seperti mesin konvensional. “Jadi, kami bisa komunikasi di perahu dengan pengunjung,” ujar dia.
Agus mengatakan, penggunaan mesin listrik juga membuat perahu bisa atret atau bergerak mundur. Hal itu disebut tidak bisa dilakukan dengan mesin konvensional, sehingga untuk mundur anak buah kapal (ABK) harus mendorong menggunakan dayung. Karena itu, penggunaan mesin listrik disebut dapat memudahkan manuver perahu saat membawa wisatawan menyusuri sungai.
“Soalnya di atas itu lebih sempit. Ketika kunjungan ramai, perahu di atas penuh. Kalau mau balik, susah kalau tidak mundur,” kata Agus.
Selain itu, penggunaan mesin listrik juga bisa mendorong efisiensi biaya operasional perahu. Biaya untuk mengisi daya baterai mesin disebut jauh lebih murah dibandingkan menggunakan BBM. “Kalau pakai bensin (Pertalite) itu satu liter satu perjalanan. Kalau pakai listrik, baterai untuk satu kali perjalanan hanya bayar biaya charge Rp 2.500,” kata dia.
Ketua Pokdarwis Cukang Taneuh-Green Canyon, Iyus Rahman, mengatakan, program transisi untuk menggunakan tenaga listrik itu dapat membantu pelaku usaha dan pengembangan wisata di Green Canyon. Meski baru uji coba, sudah dirasakan manfaatnya.
Iyus mencontohkan, penggunaan mesin listrik dapat menjadi solusi masalah polusi dan emisi di kawasan wisata. Misalnya, masalah BBM yang terkadang tumpah ke aliran sungai. Selain itu, masalah suara bising mesin konvensional. Dengan mesin listrik, kata dia, tak ada lagi suara bising mesin, sehingga wisatawan pun bisa merasa lebih nyaman.
Penggunaan mesin listrik juga dapat memangkas biaya produksi. Pasal, biaya untuk mengisi daya baterai jauh lebih murah dibanding membeli BBM. “Operasional di lokasi itu juga lumayan gesit. Manuvernya gampang,” kata Iyus.
Dampak positif juga disebut dirasakan pelaku UMKM yang sudah beralih menggunakan kompor dan ketel listrik. Saat ini, sudah ada sekitar lima pelaku UMKM di Dermaga 2 Green Canyon yang mendapat bantuan kompor dan ketel listrik. “Kalau dihitung secara ekonomi, tentu lebih hemat pakai kompor listrik,” kata Iyus.
Menurut Iyus, bantuan kompor dan ketel listrik itu baru diberikan kepada para pelaku UMKM di Dermaga 2 Green Canyon. Sementara para pelaku UMKM di Dermaga 1 Green Canyon akan diberikan pada tahap selanjutnya.
Iyus menyebut penerapan konsep green tourism yang didukung PLN ini bersinggungan dengan upaya konservasi di Green Canyon. Sebagai pengelola, ia pun ingin aktivitas pariwisata dapat berjalan beriringan dengan kelestarian alam. “Konsep ini menjadi salah satu mitigasi untuk meminimalisasi dampak dari aktivitas pariwisata di Green Canyon, agar wisata di sini tetap berkelanjutan,” kata dia.
Terus dievaluasi