REJABAR.CO.ID, BANDUNG----Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung bakal mengecek harga kedelai yang dinilai para pengrajin tahu terus-menerus mengalami kenaikan. Mereka pun akan berkoordinasi dengan Bulog yang memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi terhadap komoditas kedelai.
Kabid Distribusi dan Kemetrologian Disdagin Kota Bandung Meiwan Kartiwa mengatakan akan berkoordinasi dengan Bulog untuk mengantisipasi kenaikan harga tahu pasca nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah di angka Rp 16.000. Ia pun akan mengecek ke sentra pengrajin tahu.
"Kita pantau harga kedelai di pasar tradisional, saya akan coba koordinasi (cek ke pengrajin)," ujar Meiwan, Kamis (25/4/2024).
Ia mengatakan salah satu pihak yang mengintervensi kenaikan harga kacang kedelai yaitu Bulog. Oleh karena itu, pihaknya akan juga berkoordinasi dengan lembaga tersebut. "Paling nanti saya coba cek dulu kenaikannya," kata Meiwan seraya mengatakan pihaknya pun akan melaporkan kenaikan harga tersebut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya, Pengrajin tahu di Kota Bandung was-was harga kedelai mengalami kenaikan terus sejak bulan puasa Ramadan hingga saat ini. Kondisi tersebut diperparah dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah sebesar Rp 16.000.
Salah seorang pengrajin tahu sutra Cibuntu, Kota Bandung Surtigalih mengatakan harga kacang kedelai mengalami kenaikan pascalebaran 1445 Hijriah. Ia menyebut harga kedelai saat puasa mencapai Rp 10.300 hingga Rp 10.400 per kilogram.
Ia menuturkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah saat ini turun berdampak terhadap harga kedelai. Galih menyebut saat ini harga kedelai Rp 10.700 per kilogram dan diprediksi semakin mengalami kenaikan.
"Sangat berdampak sekali, biasanya waktu kemarin (tahun 2023) sesudah lebaran harga turun, sekarang harga dolar naik terus jadi harga kacang kedelai melonjak," kata dia, Rabu (24/4/2024).
Ia menyebut harga kedelai sebelum lebaran berkisar Rp 10.300 hingga Rp 10.400 per kilogram. Namun, saat ini berkisar Rp 10.700 dan diprediksi terus bertambah.
Galih mengaku menjual tahu per papan sebesar Rp 60 ribu berisi 100 tahu. Pihaknya belum berpikir untuk mengubah ukuran tahu. Sebab membutuhkan biaya besar untuk membuat cetakan. Namun, yang paling bisa dilakukan yaitu menaikkan harga tahu. Galih menyebut tantangannya apabila menaikkan harga tahu, daya beli masyarakat relatif masih rendah.
"Sebelum Covid-19, 6 ton produksi sekarang 4 ton. Saya naikin harga daya beli berkurang," kata dia yang memiliki 100 orang pekerja.